Hyojin memandangi langit-langit kamar. Catnya yang berwarna abu-abu terlihat sudah memudar. Ada bekas bocor di sudut sana, sedikit menghitam. Beruntung beberapa bulan terakhir ini hujan tak begitu sering turun. Kalau pun turun, biasanya hanya berupa gerimis, seolah hanya ingin membasahi tanah yang telah gersang seharian selama beberapa saat.
Kegelisahannya tumpang tindih. Aritmia bergulir dalam hentakan mengikuti irama suara detik jam. Sudah hampir seratus dua puluh menit berlalu semenjak Yonghoon pulang dan membawa Yixiang pergi entah kemana. Apa yang mereka bicarakan? Tentang ketidakmampuan Yixiang untuk hidup tanpa suaminya kah? Atau tentang kesepakatan untuk menghadapi masalah mereka bersama-sama karena berada di posisi yang serupa? Atau tentang kemungkinan-kemungkinan bahwa mereka sebenarnya tidak pernah bisa saling melepaskan? Apa mungkin Yonghoon akan luluh bila melihat keadaan Yixiang hari ini? Seperti mayat hidup. Hanya ada kepolosan dibalut fisik yang rapuh. Siapa pun yang melihatnya hanya akan meringis penuh rasa simpati dan kasihan. Apalagi bagi seorang Yonghoon, pria yang pernah mencintai omega itu lebih dari apa yang dia bayangkan.
Tubuh Hyojin terbangun, duduk tegak dan mengamati Euijoo yang nyenyak tidur dalam box bayinya. Dia pertajam pendengaran. Samar-samar terdengar suara hujan gerimis dari luar. Ini bukan pertama kalinya Hyojin tinggal di rumah berdua dengan Euijoo, tapi dia merasa jauh lebih takut dan waswas. Hyojin mengkhawatirkan Yonghoon. Benaknya sedari tadi terus bertanya, apa Yonghoon akan pulang?
Bukankah Yonghoon yang sekarang lebih baik? Bukankah dia selalu lebih bijak dalam memberi tanggapan atas setiap perkataan orang lain? Tapi sudah selama ini mereka pergi, apa sebenarnya yang menahan dia untuk segera pulang. Hyojin menurunkan kaki ke lantai yang dingin. Dia berjalan mengendap, melihat ke sekeliling ruang tamu yang sepi, dan menghampiri jendela depan. Malam semakin larut, Yonghoon belum menelepon untuk sekedar memberi kabar. Hyojin juga tidak ingin menghubunginya karena dia pikir inilah kesempatan terakhir untuk memberi kepercayaan pada Yonghoon untuk berubah.
Menyadari bahwa mungkin penantiannya akan jadi percuma, Hyojin pun kembali ke kamar. Duduk di tepi ranjang sambil berdoa, meredam setiap kecemasan yang merambat dengan cepat. Matanya melirik jam dinding, hampir pukul sebelas malam. Hyojin menggenggam ponsel dengan harapan benda itu akan berbunyi memperlihatkan sebuah pesan yang cukup memberi rasa tenang. Tapi sama saja. Si ponsel tetap membisu dan lebih memilih diam. Seolah senang membiarkan keheningan yang mengusik, sambil memberi Hyojin berbagai spekulasi buruk yang terus menerus tersusun di kepala. Hyojin memijati kening yang pening. Masih wajarkah dia seperti ini? Bukankah dia kemarin sudah bisa meredam luapan perasaan atas suaminya sendiri?
Lamunan Hyojin terbuyar oleh suara mobil Yonghoon dan pintu pagar yang berderit ditutup. Hyojin bergegas untuk kembali merebahkan diri, membalikkan tubuh membelakangi pintu kamar. Matanya terpejam sambil merasa bersyukur Yonghoon akhirnya memutuskan pulang. Hyojin mendengar langkah pelan saat suara pintu terbuka, wangi aroma tubuh Yonghoon langsung tercium, tidak ada aroma parfum lain. Tidak ada skinship antara dia dengan Yixiang. Yonghoon duduk di belakang tubuh Hyojin.
"Hyojin," dia mencengkram bahu Hyojin lembut.
Si omega bergeming. Rasanya tidak siap kalau dia harus melihat wajah itu apalagi mendengar penjelasannya sekarang. Lagipula otak Hyojin sibuk berpikir, seperti apa seharusnya dia bereaksi kali ini. Kalau dibilang ingin marah, memang. Hyojin ingin sekali meluapkan semua emosi yang bergelut saat ini. Bagaimana mungkin Yonghoon tega mengiyakan kemauan Yixiang untuk bicara dengannya. Sementara kepercayaan Hyojin sendiri belum sepenuhnya kembali.
"Hyo, aku tahu kamu belum tidur," gumam Yonghoon.
Hyojin hanya mengerjapkan mata.
"Kamu kalau udah tidur nyenyak, nggak mungkin kaya gini. Pasti terlentang, persis bintang laut yang lagi kelaparan, mulutnya kebuka minta dilempar kacang."
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
FanfictionSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤