Hyojin memastikan semua lebam di wajah tertutupi dengan baik oleh concealer maupun sunscreen. Agak risih sebenarnya karena dia tidak terbiasa berdandan seperti itu. Dari balik cermin dia melihat kemeja Yonghoon yang tergantung rapih di belakang pintu lengkap dengan dasinya setelah semalam dia setrika dengan harapan Yonghoon akan pulang. Tapi hari ini sudah tiga hari berlalu dan Hyojin tidak tahu kabarnya. Telepon Hyojin tidak pernah diangkat dan pesan tidak kunjung dibalas.
Semarah itukah dia padaku? Kenapa dia berubah menjadi seorang pengecut yang tidak mau diajak bicara baik-baik untuk menyelesaikan masalah lalu malah memilih menghindar?
Mata Hyojin melirik rangkaian produk skincare pemberian Hyungu. Untuk apa dia memakai semua itu kalau suaminya tidak mau pulang? Tapi Hyojin tidak tega membiarkannya. Dia melihat kesungguhan Hyungu membantunya memperbaiki apa yang salah, mendukung dalam diam dan selalu ada setiap kali Hyojin butuhkan. Debaran itu memang kerap kali muncul setiap dia lihat wajah Hyungu, tapi semua dia tepis dan dia berusaha meyakinkan pada diri sendiri kalau Hyungu hanyalah seorang teman baik dan itu juga yang ingin Hyojin buktikan pada Yonghoon. Hyungu bukanlah seseorang yang patut Yonghoon cemaskan, Hyungu bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan olehnya menuduh bahkan meninggalkan Hyojin seperti ini.
"Euijoo, Bunda pergi dulu ya? Euijoo jangan rewel sama Bibi Chaewoon," Hyojin menciumi pipinya. Dia melingkarkan tangan ke leher sang ibu dan mulai merengek. Sekarang anak itu pasti tahu kalau Hyojin akan pergi, Euijoo selalu rewel.
"Kamu yakin mau masuk kuliah?" tanya Nyonya Chaewoon.
Hyojin mengangguk. "Aku baik-baik saja, Bi. Hari ini ada pasien?"
"Enggak, tenang aja," dia menggeleng. "Kamu langsung pulang ya?"
"Iya. Kalau Yonghoon datang, telepon aku ya, Bi. Jangan biarin dia pergi."
Nyonya Chaewoon terdiam. "Gimana kalau dia nggak pulang?"
Hyojin menyerahkan Euijoo pada gendongan wanita itu, mencoba tersenyum.
"Dia pasti pulang, Bi. Sejauh apapun dia pergi, dia tahu kalau rumah nya di sini."
Nyonya Chaewoon memeluk Hyojin erat. Pemuda itu melirik garasi rumah sekilas, berharap saat dia pulang nanti mobil Yonghoon sudah terparkir di sana. Hyojin tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya, dia hanya ingin melihat suaminya pulang dalam keadaan baik-baik saja dan mereka bisa bicara.
***
"Sudah baikan?" tanya Hyungu ketika kelas mulai kosong.Hyojin tidak tahu sejak kapan pemuda itu menungguinya di koridor sampai semua teman-teman kuliah Hyojin membubarkan diri.
Hyojin mengangguk dan tersenyum lebar. "Makasih ya udah bantuin tugas presentasiku hari ini."
"Anytime, Hyo." katanya penuh ketulusan.
"Oh, aku bawa bekel nih, kamu mau coba?"
Hyojin mengeluarkan kotak makan dari dalam tas. Dia buka tutupnya dan menggeser wadah itu ke tengah meja.
"Kamu masak sendiri?"
"Enggak. Tugasku mandiin dan sama nyuapin Euijoo pagi ini, Bibi Chaewoon bagian masak."
Hyojin memberikan sendok lain pada Hyungu. Dia memang sengaja membawa dua buah sendok karena berniat berbagi dengannya.
"Enak," Hyungu manggut-manggut. "Enggak kalah sama masakan resto nih."
"Oh ya? bibiku memang jago masak sih walaupun sebagian jam hidupnya dulu lebih banyak dipake di rumah sakit. Kapan-kapan kamu makan bareng di rumah deh."
Hyojin mengunyah nasi di mulut begitu pelan karena rahangnya yang masih sakit ketika digerakan.
"Kamu nggak khawatir? Atau takut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
Hayran KurguSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤