"Aku mau ngelanjutin kuliah lagi," Hyojin memberitahu Yonghoon malam itu sebelum mereka bersiap untuk tidur.
Di luar hujan deras, Hyojin bersyukur karena Yonghoon memilih diam di rumah. Walaupun dia tahu setelah makan malam tadi hp suaminya terus menerus berbunyi. Tapi Hyojin memilih untuk mengabaikan dan bermain dengan Euijoo.
Yonghoon menoleh sambil meletakkan sebelah tangannya di bawah kepala. Di tengah-tengah mereka, Euijoo sudah tertidur lelap.
"Kamu udah pikirkan lagi semua konsekuensinya kan? Waktu, kerjaan kamu di kafe, mengurus Euijoo."
"Aku memikirkannya selama satu tahun. Walaubagaimana pun sayang kalau nggak dilanjutkan."
"Biayanya?"
Hyojin tersenyum tipis. "Kamu nggak usah khawatir, aku sudah punya tabungan yang cukup. Kalau kamu nggak keberatan, besok aku akan membayar registrasi awal semester."
"Aku nggak keberatan sayang, aku justru seneng kalau akhirnya kamu mau menyelesaikan kuliahmu. Kamu juga punya cita-cita, kan?"
Hyojin menganggukan kepala, tangannya mengelus-elus rambut Euijoo yang mulai tumbuh lebat.
"Aku ingin menjadi seperti apa yang dulu aku inginkan. Aku ingin membuat kamu dan Euijoo bangga."
Yonghoon meraih jemari Hyojin dan mengecupnya.
"Kamu nggak perlu melakukan hal yang lebih besar, Hyo. Cukup menjadi ibu dan istri yang baik."
"Barangkali aku kurang baik selama ini, makanya harus ada hal lebih dalam diriku untuk bisa membuat kamu mempertimbangkan keberadaanku dalam hidup kamu. Aku nggak percaya sama prinsip bahwa kita bisa mencintai orang dengan cara yang sederhana. Harus ada sesuatu yang luar biasa, entah itu kesabaran, materi, atau kekuatan untuk bertahan."
Tiba-tiba Yonghoon bergerak merubah posisi tubuhnya, pria itu perlahan mendekati dan sedetik kemudian sudah menindih tubuh Hyojin. Omeganya tidak sempat menghindar.
"Hyoo..."
Yonghoon menyusuri wajah Hyojin dengan ujung hidungnya. Nafas yang terasa hangat menerpa membuat Hyojin mencoba meraih lagi hasrat yang mungkin sudah pudar.
"Hhmm?"
"Its so cold."
Hyojin menarik nafas. Rasanya tubuh pemuda itu menjadi tegang dan tidak karuan. Tangannya terjulur ragu menarik leher Yonghoon, membiarkan bibir mereka berpagut sambil kembali menerka-nerka. Biasanya Yonghoon tidak akan sabar menunggu sampai Hyojin siap. Memang butuh waktu bagi omega itu setelah melahirkan Euijoo, untuk membangkitkan lagi hormon-hormon dalam tubuh yang seperti mati suri. Ditambah ketakutan kalau tiba-tiba Euijoo menangis karena terbangun.
"Kamu tahu?" tanya Yonghoon tiba-tiba.
Hyojin membuka matanya yang terpejam padahal sedang berusaha berkonsentrasi.
"Ya?"
"Dulu aku pernah sangat membahagiakanmu, kan?" dia menelusuri kancing-kancing piama Hyojin dengan jarinya.
Omeganya mengangguk. "Bisakah seperti itu terus? Aku ingin selamanya."
Hyojin mengecup kening Hyojin. "Kita akan selalu seperti itu sayang. Tapi bersabarlah, dan berhenti menyalahkan setiap usahaku demi kita. Aku melakukannya bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk kamu dan Euijoo."
"Tapi," Hyojin merengut manja. "Aku Cuma nggak mau kamu terus bergantung pada orang lain. Aku yakin kamu mampu."
Telapak tangan Hyojin mengusap dada suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
FanfictionSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤