LOVE THINGS (CHAPTER 12)

21 4 33
                                    

Hyojin mulai terbiasa dengan nuansa putih abu dan bau alkohol di sana sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyojin mulai terbiasa dengan nuansa putih abu dan bau alkohol di sana sini. Tapi dia masih tersiksa dengan rasa penasaran ketika harus berhadapan dengan ekspresi dokter yang memeriksa keadaan Yonghoon lima menit lalu. Pria paruh baya dengan tampilan rambut disemir cat hitam itu berdeham lalu sekali lagi melihat hasil rekam medis dari rumah sakit sebelumnya.

"Kita lakukan endoskopi, saya khawatir sel kankernya sudah bertambah sampai lima persen dan memasuki stadium berbahaya."

Hyojin bahkan tidak berani menoleh pada Yonghoon untuk melihat reaksinya. Dia memilih memaku pandangan pada ahli onkologi di hadapan mereka.

"Lalu setelah itu dioperasi, Dok?" tanya Hyojin.

Dokter itu menggeleng pelan. "Maaf Tuan, kami tidak bisa sembarangan memutuskan tindakan operasi. Setelah dilakukan endoskopi, akan terlihat lebih jelas seperti apa situasinya. Saya khawatir kalau letak sel kanker mulai merambah ke pembuluh darah dan itu akan sangat beresiko fatal untuk sebuah tindakan operasi. Lagipula kita masih punya harapan dengan melakukan transplantasi hati. Yang jadi masalah adalah ketersediaan donor yang sesuai. Itu akan tetap dilakukan sambil menunggu dan melakukan terapi obat."

"Emmm," Yonghoon bergumam sambil menegakkan posisi duduknya. "Maaf Dok, kalau boleh saya ingin mendiskusikan ini dulu dengan istri saya."

Hyojin menatap Yonghoon tidak mengerti. Tapi dia segera berdiri dari duduknya dan membuat Hyojin terpaksa ikut bangun.

"Silahkan Pak, pasien berhak menentukan pilihan dan memang seharusnya dibicarakan keputusan terbaik dari pihak keluarga. Tapi saran saya jangan terlalu lama. Paling telat dua minggu setelah ini anda harus sudah melakukan tindakan lanjutan untuk observasi transplantasi."

Yonghoon mengangguk seraya tersenyum. Setelah mereka menyalami dokter itu dan keluar ruangan, dia mengajak Hyojin duduk di cafeteria rumah sakit.

"Apalagi yang harus kita bicarakan, Yoonghoon? Kita kan tinggal melakukan semua sesuai prosedur. Kita juga sudah konsultasi sama dokter spesialis sebelumnya."

Dia memain-mainkan gelas karton berisi teh susu hangatnya. "Aku tidak akan melakukan apapun untuk penyakitku ini."

"Hah?" hampir saja Hyojin berteriak. Untung cafeteria itu sepi pengunjung. Suaminya menggedikan bahu.

"Aku hanya akan berjuang dengan sisa imunitas yang ada di tubuhku, selebihnya, soal kanker itu lebih baik kita lupakan. Anggap saja aku tidak pernah menderitanya."

"Hoon, kamu gila?" pekik Hyojin.

"Aku bisa pergi kapan pun kalau keadaanku memberatkan kamu. Aku nggak mau jadi beban untuk siapa-siapa."

"Ini bukan masalah kamu jadi beban atau kamu akan memberatkan," sela Hyojin tidak sabar.

 "Ini masalah keinginan kamu untuk sembuh demi diri kamu sendiri, Jin Yonghoon."

ENVISION || YONGHOON 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang