Seharusnya hari ini Hyojin libur dari pekerjaannya di kafe, tapi dia sengaja mengambil shift pagi di restoran supaya bisa pulang lebih awal. Sejak pukul lima pagi Hyojin mulai sibuk menyiapkan segala keperluan Euijoo termasuk sarapannya. Hyojin terpaksa membujuk anak itu agar mau bangun pagi setiap hari supaya ketika dititip ke rumah Nyonya Su dia sudah dalam keadaan bersih karena telah dimandikan sebelumnya. Hyojin harap ini bisa menjadi salah satu didikan positif bagi anak itu. Dia terbiasa hidup mandiri dan disiplin sejak kecil. Selama diasuh oleh Nyonya Chaewoon, Euijoo begitu manja. Jam tidur dan jam bangun paginya tidak pernah menentu. Hyojin juga tidak sempat mengatur jadwal sebaik mungkin antara mengurus Euijoo dan melakoni pekerjaan. Tapi karena keadaan Nyonya Chaewoon saat ini membuat Hyojin memperbaiki sedikit demi sedikit pola hidup."Aduh ini anak udah ganteng, mau kemana?" sambut Yuri saat Euijoo Hyojin antar ke rumahnya.
Euijoo hanya menyeringai sambil meronta dari gendongan sang ibu minta diturunkan.
"Maaf Yuri, aku nggak sempet nyuapin sarapan. Semua ada di sini kok," Hyojin menyodorkan tas berisi makan, susu dan camilan Euijoo.
"Iya kak Hyo, kamu nggak usah khawatir. Bibi belum bisa pulang?"
Hyojin menggeleng lemah. "Masih harus diobservasi lagi katanya."
"Sabar ya."
Hyojin membalas senyum keibuan Yuri yang lembut.
"Oh ini kunci rumah, aku titip ya? Telepon aku kalau ada apa-apa."
"Iya, kamu hati-hati kerjanya, Kak."
Hyojin cium pipi Euijoo sebelum pergi. Dia tidak lagi menangis dan ngamuk saat sang ibu meninggalkannya bekerja. Tapi itu justru meneteskan sebuah rasa sedih yang aneh. Perasaan sensitif seorang ibu ketika harus kehilangan sedikit rasa rindu dari anaknya.
Restoran tidak begitu ramai. Hyojin bisa menghandle semua pekerjaan meski Minkyun sibuk ke sana kemari karena banyak barang baru yang datang. Gelas-gelas unik, mangkuk hotplate, panci baru, dan beberapa perabotan yang harus dibersihkan dan segera disusun ke setiap rak.
"Gue pulang duluan ya?" pamit Hyoijn pada Minkyun.
Dia yang sedang mengelap mangkuk-mangkuk menoleh sekilas dan mengangguk.
"Besok gue ijin ya? Lo bisa kan masuk seharian sendiri?" tanya Minkyun.
"Iya siap."
Hyojin menepuk pundaknya lalu bergegas keluar dapur lewat pintu belakang. Langkah pemuda itu dengan cepat berjalan ke sisi trotoar yang berseberangan dengan deret gedung pencakar langit yang terdiri dari bank, perusahanaan start-up, juga sebuah agensi para aktor. Berulang kali dia melihat jam tangan sambil menunggu taksi, memastikan kalau dia belum terlambat. Hyojin bergegas melambai ketika mata kecilnya melihat sebuah taksi dari kejauhan. Mobil itu berhenti mulus dan membawa Hyojin pada distrik lain di kota Seoul. Perjalanan ternyata cukup memakan waktu, hampir dua puluh menit atau mungkin saja bisa lebih kalau sudah memasuki jam pulang kantor. Taksi yang yang ia naiki kemudian berhenti di sebuah gedung perkantoran. Hyojin tidak langsung turun, dia mengamati sekeliling. Hyojin berharap itu memang tempat yang benar. Dia tidak tahu pasti dimana suaminya bekerja, tapi dia beruntung - Harin, temannya waktu itu, mau memberitahu.
"Saya mohon, tolong kasih tahu saya dimana Yonghoon bekerja. Kami sedang ada masalah dan saya harus bertemu dengan dia untuk menyelesaikan semuanya. "
Pagi tadi Hyojin masih berusaha memelas pada Harin agar ia mau buka suara. Dia tahu setiap perselingkuhan pasti akan dilindungi oleh teman-teman di sekeliling. Dia tahu kalau Yonghoon sudah kembali ke Seoul dan tinggal di suatu tempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENVISION || YONGHOON 🔞
أدب الهواةSehimpun cerita Jin Yonghoon dengan mainan-mainan kesukaannya ❤