LOVETHINGS (ANOTHER GOODBYE: SEQUEL)

14 3 16
                                    

Ini sekuel dari cerita Love Things ya. Jadi kalau mau nyambung dan paham alurnya, silahkan baca lovethings dulu. Happy Reading.. 

"Hyo,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hyo,"

Hyojin bisa mendengar suara ChangYoon yang berbisik lirih di sampingnya. Kepala Hyojin enggan menoleh, hanya menatap ke satu titik ke arah jendela kamar yang sengaja ditutup tirainya hingga tidak sedikit pun mengijinkan cahaya dari luar masuk. Muram. Hanya kemuraman yang membelenggu ruangan itu. Seolah-olah sosok Hyojin pun ibarat mayat yang tidak bisa merespon setiap hal di sekelilingnya.

Bibir si omega masih mengatup. Dalam ingatannya kini yang terlihat hanyalah senyum dan tangisan Yonghoon di pelukan. Hyojin mendekap baju yang terakhir dikenakan oleh sang suami, dia peluk erat dalam dada.

"Hyo, gue tahu lo sedih , lo terpuruk. Gue paham kalau ini puncak dari jatuhnya diri lo. Gue nggak akan melarang lo untuk nangis, sedih atau mengurung diri. Gue paham kalau kita butuh menyendiri di saat berduka. Tapi gue minta sama lo, semua harus ada batasannya. Lo harus bangkit demi Euijoo dan diri lo sendiri. Lo percaya kan kalau sekarang Yonghoon baik-baik aja? Dia nggak usah ngerasain sakit lagi, Hyo. Itu yang terpenting."

Semua ucapan ChangYoon hanya terdengar seperti dengungan di telinga Hyojin. Membuatnya tidak mampu mengangguk atau menggeleng demi menanggapi kalimat sang sahabat. Sudut mata Hyojin yang sembab menangkap kekhawatiran dan putus asa dari wajah ChangYoon dan pemuda itu tidak berusaha menutupinya. Hyojin pikir saat ini, siapa pun yang hendak memberi nasihat, semua akan sangat percuma. Semenjak pulang dari pemakaman, Hyojin seperti patung yang dikutuk duduk bersimpuh di lantai kamar. Makanan yang diantar Nyonya Chaewoon tidak disentuh sedikit pun.

"Lo yang tegar Hyo, please. Gue nggak bisa lihat lo kayak gini."

ChangYoon merangkul pundak Hyojin. Membuat si omega kembali bercucuran air mata. Tubuh mungil itu seolah tak mampu lagi menopang setiap ototnya. Luruh bagaikan abu yang siap beterbangan.

Seperti inikah rasanya sebuah kehilangan?. Aku tahu kalau Yonghoon pun pasti akan pergi tapi tetap saja terasa begitu menyakitkan. Aku merasa semua asa, harap dan doa yang telah kuraup berserakan tanpa arti.

ChangYoon ikut terisak bersama. Membiarkan keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat sebelum akhirnya dia memutuskan pamit.

"Ada yang mau ketemu sama lo, Hyo."

Dia memberitahu Hyojin ketika hendak pergi. Kepala sahabatnya menggeleng lemah.

"Gue lagi pengen sendiri."

ChangYoon tidak menjawab lagi, tapi Hyojin tahu dia belum menutup pintu kamar dan membiarkan seseorang lain masuk ke dalam. Hyojin tidak berbalik untuk mencari tahu siapa, hanya merasakan orang itu duduk di sebelah sambil menyilangkan kaki.

"Maaf kalau Papa lancang masuk ke dalam," katanya dengan suara berat dan dalam.

Hyojin menundukkan pandangan dan mengamati jari-jari kaki yang rasanya sudah membeku karena begitu lama memijak lantai yang dingin. Papa Yonghoon memang belum sempat berbicara dengan menantunya itu. Semenjak jenazah Yonghoon dibawa dan dikuburkan, dia sibuk mengurusi sang istri yang berulang kali pingsan.

ENVISION || YONGHOON 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang