LOVE THINGS (CHAPTER 15)

42 5 6
                                    

Hyojin mencuci muka dengan cepat sambil berharap rasa kesal di dada ikut mengalir bersama air dingin dari wastafel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyojin mencuci muka dengan cepat sambil berharap rasa kesal di dada ikut mengalir bersama air dingin dari wastafel. Kerannya dibiarkan tetap menyala sambil memandangi pantulan wajah di cermin. Dia mulai terisak. Mulai merasa lelah dan tertekan. Sudah dua hari ini kondisi Yonghoon tidak stabil. Berat badannya menyusut drastis, rambutnya mulai banyak yang rontok dan efek samping obat adalah hal tersulit yang harus mereka lalui setiap malam. Setiap beberapa jam sekali Yonghoon akan mengalami kejang, mual muntah, hingga tadi subuh Yonghoon pingsan di kamar mandi saking tidak sanggup menahan sakit.

Hari ini dokter bedahnya mengkonsulkan Yonghoon ke psikiater. Dia mengalami depresi akibat alam bawah sadarnya sering mensugestikan sebuah kematian. Hal itu jelas membuat Hyojin ikut merasa cemas dan khawatir berlebih. Puncaknya seringkali terjadi saat dia mengalami perubahan suasana hati yang naik turun dengan drastis. Paling parah lagi, semua situasi ini didukung oleh firasat Hyojin yang semakin buruk. Rasanya dia sudah tidak mampu menenangkan diri. Semua bergelut dalam otak si omega, mencengkram pola pikirnya dengan berbagai ketakutan. 

 Hyojin mendekatkan wajah pada cermin, mengamati tulang pipi yang tergores venflon infusan karena mencoba menahan tubuh Yonghoon saat dia menyuruh Hyojin meninggalkannya sendirian di kamar. Bayi besar itu mengamuk, tantrum seperti anak kecil yang tidak dibelikan mainan.

"Pergi aja kamu, Hyo! Kamu nggak boleh ada di sini. Aku udah nggak kuat lagi."

Teriakan Yonghoon menggema ke seluruh kamar dan dengan sisa tenaga dia menepis tangan Hyojin yang masih berusaha memeluk lengannya. Membuat ujung penutup venflon dengan cepat menggores wajah cantik itu. S langsung merasakan perih menjalar, tapi kutahan demi menenangkannya.

"Duduk dulu, sayang. Yonghoon!"

Hyojin mencoba untuk tidak ikut meninggikan nada suara. Menganggap suaminya seperti anak kecil yang ketakutan tapi tidak mau diatur.

"Yonghoon, nanti darahnya naik terus. Coba lihat." Hyojin menunjuk selang infusnya yang berubah merah separuh.

Dia menggeleng cepat dan mendorong tubuh mungil itu lagi.

"Pergi! Aku mau sendiri."

"Nggak ada gunanya kamu sendiri. Nggak akan merubah apapun. Ayo kita tidur ya?"

"Kamu nggak ngerti, Hyo. Kamu nggak bisa ngerasain apa yang aku rasain, makanya kamu pernah paham."

Hyojin meraih wajah Yonghoon. Peluh memenuhi kening dan lehernya padahal di ruangan AC menyala 24 jam sehari.

"Yonghoon, dengerin aku! Kalau aku nggak paham, aku nggak ngerti sama keadaan kamu, aku nggak akan berada di sini sampai sekarang. Sayang, hey, Yonghoon..." dengan suara lembut Hyojin mencoba memanggil Yonghoon yang sebenarnya sedang terkurung oleh rasa sakit dan takut yang sekarang sedang kalah oleh ego dalam dirinya.

"Aku mau pulang," Yonghoon mulai merengek. "Aku nggak mau di sini terus. Aku mau pergi jauh."

Tatap matanya nyalang melihat sekeliling. Menghindari pandangan Hyojin yang memohon dengan sangat agar dia sadar. Dan itu menyakitkan. Hyojin seolah harus bisa menghadapi monster di hadapannya yang sewaktu-waktu bisa muncul dan melukai siapa pun termasuk dirinya sendiri.

ENVISION || YONGHOON 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang