LOVE THINGS (HYUNGU'S SIDE)

12 3 16
                                    

Aku terpaksa berdesakan naik bis hari ini karena mobilku kembali ngadat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku terpaksa berdesakan naik bis hari ini karena mobilku kembali ngadat. Padahal sudah kuperbaiki mesinnya di bengkel seorang teman minggu lalu tapi entah mengapa saat hendak dipakai dia tidak mau menyala. Alhasil hari ini pun aku terpaksa tidak mencari uang sampingan dengan menjadi supir taksi pangilan. Biarlah. Mungkin sudah seharusnya aku fokus pada rentetan jadwal kuliah yang padat dari pagi hingga sore. Lagipula papa juga tidak pernah keberatan kalau aku meminta uang saku darurat untuk di transfer sehingga aku tidak perlu mengkhawatirkan isi dompetku kalau harus mangkir bekerja selama beberapa hari.

Aku meneguk isi gelas kopiku hingga habis. Masih ada satu jam sebelum kelas terakhir. Mataku kembali melirik ke meja kasir, merasakan desir halus di sepanjang aliran nadi setiap kali kulihat senyumnya pada setiap pengunjung. Si omega itu masih berdiri dengan sisa tenaga dan kekuatan yang meredup. Hidupnya terlalu berat untuk dipikul oleh tubuh kurus dan hampir tidak terawat seandainya dia lupa bahwa setiap pagi dia memiliki kegiatan yang mengharuskannya keluar rumah untuk menunjukkan pada semua orang yang dia temui kalau dia baik-baik saja.

Tatapannya tertuju padaku di sela obrolan melayani pelanggan. Tapi aku tidak berusaha menghindar setiap kali dia memergokiku sedang memandanginya. Aku malah melemparkan senyum dengan leluasa sambil berharap dia akan sedikit berbagi sunggingan itu untukku. Tapi lagi-lagi pemuda yang berjarak lima puluh meter dariku itu mendelik tajam. Aku hanya menggelengkan kepala sambil merasa geli ketika dia mengirimiku pesan bahwa aku sebaiknya cepat pergi karena dia malas terlihat seperti sedang diawasi.

Aku kembali menekuni beberapa buku di atas meja. Ada tugas individu yang harus segera dikumpulkan besok, dan sebisa mungkin aku tidak menunda-nundanya karena aku tahu akan ada tugas susulan lain yang lebih tidak berprikemanusiaan. Suara Ariana Grande dari earphoneku menutupi kebisingan kasak-kusuk orang yang mengobrol di kafe ini. Membawaku pada ruangku sendiri untuk fokus dan mengabaikan hal lain. Ketika jari-jariku kembali sibuk memencet tuts keyboard laptop, sudut mataku menangkap layar ponsel yang berkedip kedip. Aku mendengus malas saat melihat namanya memanggil-manggil. Tapi tanganku tak urung tetap menggeser tombol hijau di layar itu.

"Iya Minji."

"Hyungu, kamu dimana?"

"Tempat biasa."

Kudengar dia terkekeh. "Tempat biasa itu dimana? Kampus? Apart? Atau_"

"Aku di kafe, kenapa?"

"Oh.."

Dia terdiam sesaat.

"Engga, aku Cuma mau ingetin soal acara nanti malam."

Aku memijat pelipisku yang mendadak berdenyut. Seandainya saja tidak pernah kuiyakan ajakan Minji waktu itu. Tapi aku memang merasa tidak ada yang perlu berubah di antara kami. Persahabatan ini sudah berlangsung sangat lama. Sudah merasa terlalu nyaman dengan apa yang biasa kami lakukan bersama-sama. Sampai akhirnya keputusan tiba-tiba kedua orang tua kami untuk menjodohkan kami merubah sesuatu dalam diriku. Ada sebuah ketidaksanggupan menerima karena sebenarnya hubungan kami tidak perlu dibawa sampai kesana. Aku tidak tahu dengan Minji, tapi bagiku situasinya sudah sangat berbeda dan justru akan semakin menambah kecanggungan yang aneh.

ENVISION || YONGHOON 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang