Epilog

55 4 3
                                    

London, Januari 2024

Dehan

London, mungkin kota ini adalah kota yang menjadi Impian gue dan dia, kesayangan gue, Aruna. Jika dua tahun yang lalu gue ke kota ini sendiri untuk mewujudkan mimpi gue, saat ini gue sendiri untuk mewujudkan mimpi dari orang yang paling berharga di hidup gue.

Sebenarnya, kami sudah sekitar dua minggu berada di kota ini, sebelum pergantian tahun. Kami sengaja untuk ke sini lebih awal jauh sebelum Aruna memulai studi S2 nya di sini. Hitung-hitung sekalian honeymoon. Ya, saat ini dia sudah menjadi milik gue. Aruna, she’s already be my wife now.

Sebelum Aruna memulai studi S2 nya beberapa hari ke depan, gue sengaja mengajak dia ke tempat-tempat yang ingin dia kunjungi di sini. Salah satunya tempat yang pernah gue kunjungi saat itu, Hyde Park. Dan di sinilah kami saat ini.

Berbeda saat gue ke Hyde Park beberapa tahun yang lalu, waktu itu London sedang musim semi. Dan saat ini, jalanan penuh dengan salju, ya, musim dingin.

“Sayang, bikin tren ini, yuk! Lucu deh kayaknya.” Gue seketika mendekat dan melihat apa yang ditunjukkan oleh Aruna ke gue dari ponselnya. Ternyata tren tik tok, Hi kids!

Tentu saja gue tahu, karena sejak beberapa waktu ke lalu, beranda gue penuh dengan video orang-orang random ataupun teman-teman gue yang mengikuti tren tersebut. Gue rasa belum terlambat juga untuk membuat video itu, lagipula ini baru bulan Januari awal.

“Eumm, boleh,” kata gue.

Gue bisa melihat wajah Aruna sumringah sekali. Dia membuka kamera dari layar ponselnya dan dan bersiap mengambil video kami berdua.

“Ehh bentar, sapa dulu nih yang ngomong?”

“Kamu dong,”

“Oke.”

Dia mulai merekam wajah kami dari kamera ponselnya.

“Hi, kids! This is your mom, and…”

“This is your, daddy.”

“Eumm tapi nanti kamu panggil kami…”

“Ayah,” sahut gue. Tidak tahu kenapa, panggilan ayah memang sederhana tapi rasanya seperti sangat berwibawa.

“Sama ibu.” Dia melanjutkan.

“Saat ini, ibu sama ayah lagi di…?”

“London, tepatnya di Hyde Park.”

“Kebetulan saat ini lagi musim dingin nih di sini, tuh kan penuh salju.” Dia memutar badannya untuk memperlihatkan suasana di tempat ini agar terekam oleh kamera.

Entah kenapa lucu sekali dia.

“Jadi, ibu di sini mau lanjutin pendidikan ibu, dan ayah kamu nemenin ibu. Sweet banget kan, sayang?”

“Dulu, waktu ayah ke sini dia nggak ngajakin ibu. Curang banget kan? Ibu ditinggal.” Dia melanjutkan berbicara, dan kini sambil melirik gue iseng. Gue hanya tertawa melihatnya.

“Maaf, ya, sayang kalau kita ketemunya agak lama. Ibu juga belum tahu kapan ketemu sama kamu. Tapi jauh sebelum kamu hadir, kamu harus tahu, ibu sama ayah udah saaayaaang banget sama kamu.” Kali ini dia tersenyum dengan sangat manis, gue hanya menatap dia.

menurut gue, ini adalah sisi lain dari Aruna yang mungkin orang lain tidak pernah tahu, keibuan sekali.

“Tuh, lihat. Ayah kamu dari tadi diem aja ngelihatin ibu, gantian sekarang dia yang ngomong sama kamu.” Jujur gue suka melihat Aruna saat ini, lucu sekali.

“Hai, sayang! Ayah ngelihatin ibu kamu, karena dia cantik. Pasti kamu besok kalo perempuan juga sama cantiknya kayak ibu.” Kini gue yang mulai berbicara di depan kamera ponselnya.

“Sabar, ya, sayang. Bentar lagi kita pasti ketemu kok. Nunggu ibu kamu kelar studi dulu,” kata gue. sedangkan Aruna hanya tersenyum malu saat gue melihat sekilas ke arahnya.

“Ayah sama ibu janji bakal bawa kamu ke sini besok kalo kamu udah ada di dunia ini,”

See you, sayang!” gue dan Aruna secara serempak mengakhiri rekaman video itu.

“HAHAHA, lucuu banget. aku jadi malu.” Dia benar-benar tertawa setelah mengakhiri untuk merekam video kami tadi.

“Jadi nggak sabar deh,” kata gue menggoda dia.

“Nggak sabar apa?”

“Nggak sabar bikin anak kita biar bisa cepet ketemu,” jawab gue dengan santai.

“Ish, Dehan!” dia memukul gue pelan. Gue melihat dia tersenyum malu dan pipinya sedikit memerah. Lucu sekali.

Gue membawa dia ke pelukan gue dan dia membenamkan wajahnya dalam dekapan gue. Rasanya, saat gue bersama dia, gue tidak pernah bisa menggambarkan bagaimana perasaan gue, bagaimana rasa sayang dan cinta gue ke dia.

Sekali lagi, dia adalah dunia gue. Dan gue berharap, cinta ini tidak akan pernah berakhir, sekalipun dunia ini berakhir. Ya, sebesar itu cinta gue kepada seseorang yang gue temui Sembilan tahun yang lalu.

-Dehan dan Aruna-

_______________

Author's note

Finally, udah selesai.

Makasih, ya, buat readers yang udah setia sampe chapter terakhir.

Untuk cast tokoh ada di chapter berikutnya. hehe sengaja biar kalian bisa bayangin sendiri tokoh-tokohnya kayak gimana berdasarkan karakter mereka.

See u next story❤

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang