Bagian 7

116 43 50
                                    

“Gimana, Run? Kamu mau kan?” sedari tadi mama membahas hal ini membuat aku pusing memikirkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Gimana, Run? Kamu mau kan?” sedari tadi mama membahas hal ini membuat aku pusing memikirkannya.

Bukannya aku tidak mau melanjutkan usaha mama di butik, di bidang fashion, tapi aku memiliki impianku sendiri. Mungkin aku bisa kalau hanya sekedar membantu mama, tapi untuk mengurus sepenuhnya, aku rasa aku tidak bisa melakukannya. Bukan berarti aku tidak mampu, tetapi minatku memang bukan di situ. Lagipula aku sudah diterima kerja sebagai HRD di sebuah kantor yang selama ini menjadi impianku.

“Ma, kalau aku cuma bantuin mama aku bisa dan aku mau, mau banget malah. Tapi untuk gantiin mama aku nggak bisa, Ma.”

“Kenapa nggak bisa? Mama yakin kamu mampu, Run.”

“Bukan itu masalahnya, Ma. Mama juga tahu kalau aku udah diterima kerja. Dan mama juga tahu kalau itu impian aku sejak dulu.” Aku berusaha menjelaskan dengan tenang kepada mama, aku berharap sekali mama mengerti.

“Jadi kamu bener-bener nggak mau gantiin mama?”

“Maaf, Ma. Bukannya aku nggak mau bantu mama, tapi aku nggak bisa dalam hal ini. Tapi Aruna janji sama mama, kapanpun mama butuh bantuan aku, aku selalu siap ada dan bantuin mama.” Aku melihat mama masih terdiam sejenak.

“Yaudah nggak papa kalau itu memang udah jadi keputusan kamu. Maafin mama udah maksa kamu, mama nggak mau hancurin impian kamu gitu aja. Maafin mama ya, nak.” Aku memeluk mama, dan kembali dibalas pelukan hangat oleh mama.

“Aku yang minta maaf sama mama, karena aku nggak bisa bantuin mama.”

“Sayang, kamu nggak perlu minta maaf. Mama sadar kamu sekarang udah dewasa dan berhak nentuin pilihan kamu sendiri, udah bisa buat keputusan sendiri. Bukan anak kecil lagi yang harus selalu ikutin keputusan orang tuanya karena belum bisa nentuin pilihan hidupnya. Maafin mama kalau mama masih sering anggap kamu seperti putri kecil mama yang dulu.”

“Mama akan selalu dukung semua yang menjadi impian dan cita-cita kamu.”

“Makasih banyak, ya, Ma. Mama udah jadi orang tua terbaik buat aku sama Yuna.”

“Sama-sama, sayang.”

“Oh iya, Run. Mama lupa mau nyampein sesuatu sama kamu,” ucap mama dengan senyumnya.

“Apa, Ma?”

“Kamu tahu, Ariz tadi bilang sesuatu sama mama.” Ariz merupakan teman masa kecilku yang juga tetanggaku, dia bekerja di butik mama sebagai security.

“Bilang apa, Ma?”

“Katanya dia suka sama kamu, Run,” kata mama dengan senyuman yang ku artikan seperti sedang menggodaku.

“HAH?! Aneh-aneh aja. Terus mama bilang apa?”

“Ya mama bilang nggak papa,” jawab mama yang masih menahan senyumnya.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang