Bagian 18

121 38 64
                                        

-Waktu tidak pernah membawa kita bertemu tanpa tujuan-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Waktu tidak pernah membawa kita bertemu tanpa tujuan-

Reyvan

Hari ini gue baru saja menginjakkan kaki di kota ini, London. Saat ini sepertinya sedang musim gugur di sini. Sepanjang perjalanan, gue melihat jalanan penuh dengan daun-daun yang berguguran. Dan sepertinya di musim ini, London sedang ramai-ramainya.

Gue bisa berada di sini karena pekerjaan yang membawa gue ke sini. Gue bekerja di perusahaan milik ayah gue sendiri, tapi tetap saja, gue memulai semuanya dari awal.

Sebenarnya bisa saja gue langsung menduduki posisi yang cukup menyenangkan, tapi tidak. Gue nggak mau dan ayah gue juga tidak mengizinkan. Itu sebabnya gue harus pergi ke kota ini untuk belajar mulai dari awal di salah satu kantor cabang yang ada di kota ini.

Sedari tadi gue berjalan kaki menyusuri jalanan kota London yang penuh guguran daun, mencari apartemen untuk gue tinggal. Tapi nampaknya masih belum menemukan.

Gue memutuskan untuk mampir ke sebuah minimarket yang dekat dari tempat gue berdiri saat ini. Belum tau mau mencari apa, gue masuk saja, melihat-lihat dulu mungkin.

Gue mengelilingi setiap sisi dari minimarket ini. Tadinya gue tertarik membeli beberapa snack dan minuman untuk gue simpan beberapa hari ke depan, tapi gue baru ingat kalau apartemen saja gue belum nemu. Memang dasar tolol. Akhirnya gue memutuskan keluar dari minimarket ini.

“Oh, I’m sorry!” ucap gue yang tidak sengaja menabrak seseorang ketika baru membuka pintu minimarket ini untuk keluar.

“It’s ok!” katanya, yang kemudian dia mendongakkan wajahnya ke arah gue.

Dehan.

Ternyata orang yang baru saja gue tabrak dan yang saat ini berdiri di hadapan gue tidak lain adalah Dehan, teman SMA gue dan- tidak usah gue sebutkan, pasti semua sudah tahu.

“Dehan?”

“Rey?”

Seru kami bersamaan setelah se per sekian detik saling menatap, gue mengulurkan tangan untuk bersalaman dengannya.

“Di sini juga lo? Apa kabar?” tanya gue.

“Baik. Lo sendiri?” tanya dia balik.

Gue hanya menggidikkan bahu sambil tertawa kecil. Kami memutuskan untuk mencari tempat duduk di sekitar tempat itu, dan tentu dia tidak jadi masuk ke minimarket tersebut.

Jangan kaget gue bisa kenal dan akrab dengan Dehan. Karena sebenarnya kami teman SMA dan kami pernah satu kelas. Baru tahu? Ya, inilah faktanya.

Sebenarnya hubungan gue dengan Dehan sempat jauh dan canggung beberapa tahun yang lalu. Ya, saat gue masih dekat dengan Aruna.

Tidak musuhan, tapi…ya semacam itu lah. Gue sendiri bingung seperti apa mengatakannya.

Tapi itu hanya sebentar, sebentar sekali. Menjelang hari kelulusan hubungan gue dengan dia sudah kembali seperti biasa, seperti teman sekelas pada umumnya.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang