Bagian 29

36 7 0
                                        

April 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

April 2023

Aruna

Beberapa bulan yang lalu, ceritaku mendapat tawaran terbit menjadi sebuah novel dari salah satu penerbit besar dan ternama yang sering menerbitkan buku-buku best seller lainnya. Tentu saat itu aku menerima tawaran itu dengan senang hati, karena itu adalah salah satu mimpi besarku sejak dulu.

Jujur saja aku masih tidak menyangka ceritaku bisa diterbitkan menjadi sebuah buku novel. Apalagi dalam waktu yang relatif cepat.

Dan di sinilah aku saat ini, di ballroom salah satu hotel di Bandung. Aku baru saja selesai menghadiri acara launching buku novel ku yang berjudul Kita dan Waktu. Aku tidak menyangka bisa berada di titik ini, menjadi seorang penulis.

Saat ini aku menghampiri orang-orang terdekatku yang juga berada di ballroom ini, mereka semua turut hadir dalam acara launching buku ini.

“Waahh! Selamat anak papa, selalu hebat!”

“Keren banget, Kak Aruna!”

“Selamat, ya, sayang atas launching bukunya.”

“AAA selamat ya, Run. Ikut seneng deh.”

Dan masih banyak lagi ucapan selamat dari mereka yang aku dengar saat aku menghampiri mereka.

Ternyata benar, tidak ada yang tidak bisa. Dan dari dulu, aku selalu percaya itu dalam setiap prosesku untuk menggapai semua mimpi-mimpi ku.

“Makasih ya, ma, pa, Yuna. Makasih karena kalian udah selalu dukung aku untuk bisa sampai di titik ini.”

“Makasih juga ya, Havva, Rea, Shella. Makasih juga kalian udah selalu ada buat aku.”

“Sama-sama,” ucap mereka semua kompak.

Aku berbincang cukup lama dengan mereka sebelum akhirnya Mama, Papa, dan Yuna pulang lebih dulu. Aku melihat mama, papa, dan Yuna pulang bersama dan menatap punggung mereka sampai hilang dari pandangan mataku.

Saat aku melihat kekompakan kedua orang tuaku dalam mendukung anak-anaknya, aku seringkali berharap dalam hati supaya keluargaku juga bisa Kembali utuh.

Tapi mungkin inilah jalan takdir, aku juga bisa apa. Meski begitu, aku masih bersyukur berkali-kali dikelilingi orang-orang baik.

Aku masih bersyukur, masih bisa merasakan kasih sayang dan dukungan penuh dari kedua orang tuaku, meski tidak utuh seperti keluarga cemara pada umumnya.

Itu sebabnya aku selalu membenci perpisahan. Karena aku cukup merasakan bagaimana rasa sakitnya saat aku menyaksikan mama dan papa berpisah waktu itu. meskipun saat itu aku belum cukup dewasa untuk mengerti semuanya, tapi aku bisa merasakan kepedihan itu.

Bagiku, perpisahan bukan hanya meninggalkan rasa sakit bagi salah satunya, tapi bagi keduanya. Atau bahkan bagi orang-orang terdekat.

Tepukan Havva di pundakku, menyadarkan aku dari lamunanku saat melihat mama, papa, dan Yuna berjalan pergi dari tempat ini.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang