Bagian 28

35 8 0
                                    

Aruna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aruna

Sepulang dari kantor ini, aku tidak langsung pulang ke rumah. Jujur saja hati dan pikiranku saat ini rasanya masih tidak karuan.

Saat di kantor tadi, aku tiba-tiba kepikiran untuk pergi ke satu tempat. Tempat yang sudah lama sekali tidak aku kunjungi, tempat yang dulu selalu menjadi favoritku. Atau mungkin sampai sekarang.

Dulu, seminggu dua kali setiap pulang sekolah aku selalu menyempatkan pergi ke tempat itu. tentu tidak sendiri, aku pergi ke sana selalu ditemani oleh dia, Dehan. Bahkan sang pemilik tempat pun sampai hafal dengan kami.

Aku tahu, dengan aku ke sana mungkin akan semakin mengingatkan aku pada saat-saat itu. Tapi biarlah, biar larut sekalian dalam suasana di tempat itu. biar sekalian juga hatiku merasa rapuh, sedalam-dalamnya.

Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, ini akan menjadi yang terakhir aku seperti ini. Lagipula aku ke tempat itu saat ini juga memiliki tujuan. Menyelesaikan tulisanku. Aku sudah tahu seperti apa aku akan menamatkan cerita itu.

Butuh waktu sekitar setengah jam dari kantor untuk aku sampai di tempat itu. aku memarkir mobilku di pinggir jalan depan gang. Karena memang jalanan untuk menuju tempat itu hanyalah gang kecil yang bahkan hanya bisa dilewati oleh motor, itupun tidak bisa untuk bersimpangan.

Aku berjalan melewati gang kecil itu, sepanjang perjalanan di gang tersebut masih sama. Tidak banyak berubah, hanya saja pohon-pohon yang dulu ada beberapa kini sepertinya sudah ditebang. Mungkin khawatir akan tersangkut kabel listrik yang melintang di sepanjang jalanan tersebut.

Tidak lama aku berjalan, aku sudah sampai tepat di depan tempat itu, Sudut Aksara nama tempatnya. Itu merupakan sebuah toko buku klasik, buku di sana sangat lengkap. Buku-buku yang dijual di sana bukan hanya buku baru, buku lama juga ada.

Dan di tempat itu juga, terdapat sudut baca yang memang disediakan untuk para pembeli atau para pengunjung yang sengaja ke tempat itu hanya untuk membaca. Dan di sanalah aku biasanya.

Dari luar, penampakannya sangat sederhana, tidak seperti toko buku atau perpustakaan modern di kota-kota besar. Tapi sangat nyaman.

Dan sejauh pandangan mataku saat ini, tempat ini sama sekali tidak berubah. Masih sama seperti dulu terakhir kali aku ke sini.

Buku-buku yang bertumpuk hingga menjulang hampir sampai ke atap tempat tersebut, karena memang bangunan tempat itu tidak terlalu tinggi. Tembok dengan cat warna putih yang sama dan sudah lama. Dan banner bertuliskan Sudut Aksara yang masih terpasang dengan ajeg di sana. Semuanya masih sama.

“Ini…Aruna?” suara wanita paruh baya itu membuyarkan lamunanku tentang tempat itu. Beliau adalah pemilik tempat ini, Bu Iren.

Bu Iren juga terlihat masih sama, masih terlihat awet muda meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Mungkin sekitar 55 tahun. Rambut yang diikat seadanya ke belakang dengan bandana polos di rambutnya. Kaos oblong sederhana dan rok yang dikenakan, sudah menjadi ciri khas nya. Dari dulu seperti itu penampilannya, sangat sederhana.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang