Bagian 17

123 44 69
                                    

Rafka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafka

Sudah tiga bulan ini gue di Singapura. Artinya sudah tiga bulan juga gue jauh dari Aruna. Tapi meski begitu, gue selalu menyempatkan untuk menghubungi Aruna melalui sambungan telepon ataupun video call, tak jarang juga dia yang lebih dulu menghubungi gue.

Di sini, gue tinggal di apartemen yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor tempat gue bekerja. Sendiri. Gue merasa sepi di kota yang besar dan ramai ini.

"Excuse me, Mr. Rafka."
Salah seorang pegawai menghentikan aktivitas gue sejenak, meminta gue untuk memeriksa beberapa berkas untuk meeting besok.

"Yes?"

"Can you check this file for a moment?"

"Oh, sure."

Dia masih menunggu gue melihat berkas-berkas tersebut.

"oke, completed." Kata gue sambil menyerahkan kembali berkas itu kepada pegawai tersebut.

"Thank you, Mr. Rafka."

"My pleasure."

Gue bersiap untuk pulang, hari ini gue pulang lebih awal karena memang semua pekerjaan gue di kantor sudah selesai. Tidak lama untuk gue sampai di apartemen. Hanya 10 menit.

Dan di sinilah gue sekarang, di kamar yang ukurannya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Gue baru saja akan melangkahkan kaki ke kamar mandi, tapi langkah gue terhenti ketika gue melihat sebuah benda di atas meja kerja gue. Gue yang meletakkan di sana sejak pertama kali gue sampai di sini, dan sampai saat ini gue belum menyentuhnya lagi.

Sebuah buku bersampul hitam tebal dengan ukuran sedang, yang gue temukan di mobil gue. Setelah gue mengantar Aruna pulang malam itu. Dan buku itu milik Aruna, karena gue sempat membukanya dan di halaman depan buku itu ada nama Aruna. Aruna D. Narasha, begitu tulisannya. Tulisan tangan Aruna. Tapi gue sama sekali tidak tahu, itu buku apa.

Sepertinya buku itu tidak sengaja jatuh di mobil gue ketika Aruna mengeluarkan barang dari tas nya malam itu, dan dia tidak menyadarinya. Sebenarnya gue tidak berniat membawa buku itu sampai ke sini. Gue membawa buku itu karena gue berniat mengembalikan kepada Aruna saat gue akan berangkat, saat dia mengantar gue ke airport.

Tapi saat itu suasana terlalu ramai, gue dan Aruna juga berbincang cukup lama ketika menunggu keberangkatan gue, sampai akhirnya gue baru ingat ketika gue sudah berada di dalam pesawat.
Gue hendak mengambil buku itu, gue berniat memasukkan ke dalam koper agar suatu saat kalau gue balik ke Indonesia buku itu tidak lupa untuk gue bawa, agar bisa gue berikan ke Aruna.

Bukk.

Buku itu jatuh mengenai kaki gue dengan posisi terbuka sampai ke halaman tengah. Gue mengambilnya, tapi judul tulisan yang ada di buku itu cukup menarik perhatian gue untuk membacanya.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang