Bagian 34

44 4 0
                                        

Dehan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dehan

Malam ini hujan mengguyur kota Bandung, dan gue masih bersama Aruna di rumah gue. Gue yang membawa dia ke sini sejak sore tadi.

Sebenarnya bisa saja gue mengantar dia pulang sekarang, karena ada mobil jadi tidak akan kehujanan. Tapi gue tidak melakukannya, karena ini sudah terlalu malam, hujannya juga cukup lebat, lagi pula bunda juga tidak mengizinkan, takut Aruna sakit.

Ya, yang dikhawatirkan saat ini oleh bunda adalah Aruna, bukan gue anaknya.

Jangankan mengizinkan gue mengantarkan Aruna pulang saat hujan deras seperti ini, bunda saja tidak masih belum mengizinkan ayah untuk pulang dari kantor.

Bahkan saat gue mendengar bunda berbicara dengan ayah melalui telepon tadi, sepertinya bunda menyuruh ayah untuk tidur di kantor kalau hujannya belum reda sampai tengah malam. Entah kenapa, ada-ada saja bunda, selalu khawatir terlebih saat hujan seperti ini.

Tapi gue juga seneng sebenarnya, dengan kekhawatiran bunda itu bisa menahan Aruna untuk bisa lebih lama di sini sama gue. Saat ini gue sedang duduk-duduk saja di sofa dengan kesayangan gue, Aruna. Menikmati beberapa camilan yang gue ambil dari dalam kulkas tadi, sambil melihat video-video lucu di ponsel gue.

“Aruna?” suara bunda yang baru keluar dari kamarnya memanggil Aruna membuat dia dan gue menoleh kea rah bunda.

“Iya, bunda?”

“Kamu nginep aja di sini, ya? udah malem banget, lagian hujannya juga masih deres. Bunda khawatir kalo kamu pulang malem-malem gini meskipun sama Dehan.”

“Tapi, bun-”

“Udah nggak papa tenang aja, bunda udah bilang kok sama mama kamu.” Ucap bunda dengan lembut.

“Oh, gitu. Oke, bun.”

Gue tahu kalau Aruna tidak akan bisa menolak permintaan bunda apalagi bunda sudah berbicara dengan tante Mira. Pasti Aruna akan menurut saja.

“Nanti kamu tidur di kamar Dehan aja, ya?” pinta Bunda. Gue dan Aruna saling memandang satu sama lain.

Apa maksud bunda meminta Aruna tidur di kamar gue? bukannya gue nggak suka Aruna nginep dan tidur di kamar gue, tapi gue masih normal. Apa bunda tidak khawatir kalau gue khilaf?

“Bun, bunda nggak salah?” tanya gue ragu.

“Enggak.” Bunda menjawab dengan yakin.

“Bunda…nggak takut aku…khilaf?” tanya gue sedikit takut. sedangkan Aruna yang berada di samping gue memelototi gue.

“Apa khilaf khilaf? Bunda minta Aruna tidur di kamar kamu, kamu tidur di sini, Dehan,” Tegas bunda.

“Oh kirain.”

Bunda hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban gue, lalu kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan kami berdua di ruang santai. Sedangkan Aruna menatap tajam ke arah gue.

Setelah Hari ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang