Oniel saat ini sedang di salahsatu sudut kampusnya, berbincang bersama Arya tentang tangannya yang dibalut perban. Beberapa kali terlihat Arya mengernyitkan dahinya tanda ngilu mendengar cerita bagaimana tangan Oniel bisa sampai seperti itu. Tentu Oniel tidak menceritakan semua kejadiannya secara utuh, terutama soal jurusnya. Oniel hanya bercerita lengannya lebam-lebam karena menjaga kerusuhan kemarin.
"Hei, Ar" sapa seseorang tiba-tiba "cewek baru?" tanyanya langsung.
"Eh Dheo, mana ada, ini adik tingkat kita yang dulu nemenin Gita di apartemennya si Sanca" jelas Arya.
"Ah, elu, hei gue Dheo" ucap orang itu memperkenalkan diri. Oniel sudah tau siapa sosok itu, namun demi profesionalitas, dia menyambut uluran tangan itu dengan fist bump.
"Maaf kak, belom bisa salaman huhu, aku Oniel" jawabnya.
"Ah iya maaf Niel, baru ngeh tangan lu diperban, kenapa itu?" tanya Dheo penasaran.
"Biasa resiko kerjaan" setelah itu Oniel menceritakan hal yang sama kepada Dheo.
"Ohhh, cepet sembuh ya, emang makin kesini makin aneh-aneh aja wota-wota" komentar Dheo prihatin.
"Ah, elu kan dulu juga wota, sebelum jaga image karena sekelas sama member" cibir Arya, member yang dimaksud sudah jelas Gita.
"Mana ada, gue dulu sekedar kagum, lagian Oshi gue udah Grad kok, si Zara-Zara itu" ucap Dheo membela diri.
Oniel sedikit berfikir, apakah mungkin Gita ditembak Dheo hanya karena dia adalah member, kalau benar seperti itu dia harus ekstra hati-hati pada laki-laki di depannya.
"Yaudah, gue sama Oniel mau ke kantin, lu ikut ga?" tawar Arya.
"Kaga deh, gue mau nyusun laporan tugas terjemahan kemaren dulu, ciao" ucap Dheo sembari berlari kecil.
Oniel dan Arya pun melanjutkan perbincangan mereka sembari jalan menuju kantin. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap tidak suka dengan interaksi mereka, apalagi Arya yang terlihat begitu pedul dengan kondisi Oniel. Lihatlah, laki-laki itu begitu modus, dengan dalih agar Oniel tidak repot memesan, dia mmesankan makanan untuk Oniel, awas saja kalau sampai disuapi. Tak mau berlama-lama memendam dongkolnya, gadis itu perlahan mendekati meja mereka berdua.
"Eh kak Gita?" Sialnya, gadis manis itu menyandari keberadaanya lebih dulu, gagal dah surprise-nya.
"Hei, iya Niel, gabung ya!" ucap Gita dengan nada memaksa bukan meminta Izin. Oniel dan Arya hanya mengangguk saja.
Arya dan Oniel mengangguk tak lama pesanan mereka datang. Oniel karena malas ribet dia memesan sandwinch, agar tinggal hap saja. Sedangkan Arya memesan Mie Ayam Bakso. Gita sendiri sebenarnya hanya memesan es lemon tea saja, dia belum terlalu lapar.
"Lah kak Gita ga makan?" ucap Oniel sembari mengunyah sandwinch dengan tangan kirinya.
"Engga, belom laper, aduh belepotan gini kayak bocil sih Niel" ucap Gita gemas sembari mengusap ujung bibir Oniel yang ada mayoniesnya.
"Hahaha, iya ya, ga biasa makan pake tangan kiri" ucap Oniel sambil tersenyum.
"Sini gue suapin kalau belom biasa Niel" tawar Arya.
Gita tidak merespon, dia kalah cepat, saat ini dia hanya berharap Oniel menolak tawaran Arya.
"Ah, ga usahlah ngerepotin bang" jawab Oniel.
"Engga kok, namanya orang sakit mah, wajar ditolongin" ucap Arya santai, lantas dia memotong dua sandwich Oniel, dan perlahan menyuapkannya.
"Makasih Bang" ucap Oniel tersenyum lantas menerima suapan dari Arya.
Gita hanya mendesah kecil, malas dengan pemandangan di sebelahnya. Namun matanya tertuju pada Mie Ayam Arya yang masih banyak dan terbersit ide di kepalanya.
"Ah, Ar, Mie lu medok entar, mending gue yang nyuapin Oniel" tawar Gita.
"Mienya Medok? Mie-nya ngomong Ghuwe gitu?" ucap Oniel lucu sembari menirukan logat jawa yang cukup kental.
"Hahahah ya ga gitu Niel" Gita terkekeh.
"Iya juga ya, yaudah nih Git" ucap Arya sembari memberikan piring sandwinch Oniel, entah Arya yang terlalu polos atau keberuntungan sedang berpihak pada Gita, sampai akhir dia bisa menyuapi Oniel sampai makanannya habis.
"Habis ini ada matkul apa Niel?" tanya Arya.
"Grammar III" jelas Oniel.
"Ah, Pak Waseso?" tanya Arya.
"Yoi, enak ga bang beliau?" tanya Oniel.
"Enak-enak aja sih, tipikal dosen yang, asal lu mahasiswa yang ga aneh-aneh, nilai lu pasti bagus" jelas Arya.
"Ohhh gitu" Oniel mengangguk-angguk "Kak Gita, abis ini udah abis ya matkulnya?" tanya Oniel.
"Eh, kok tau?" ucap Gita heran.
"Aku berusaha ngehafalin semua jadwal member" ucap Oniel santai "tadi kesini naik apa?"
"Ah" Gita terkesiap, bahkan manajernya saja belum tentu hafal dengan jadwal kuliahnya jika bukan karena Gita beritahu, tapi Oniel sampai segitunya. Gita lupa tadi Oniel tadi berkata 'semua member', "Aku naik mobil, mau bareng? tawar Gita.
"Ah, mau sih, tapi udah janji balik sama bang Arya, kak Gita duluan aja ya!" ucap Oniel yang cukup membuat Gita kaget. Sudah sejauh mana hubungan Arya dengan Oniel, kenapa dia bisa luput.
"Kalian pacaran?" tanya Gita refleks.
Oniel tertawa, sedang Arya terkekeh saja, kekeh penuh harap sebenarnya.
"Mana Ada, bang Arya mah ceweknya banyak, ogah aku" ucap Oniel sambil memeletkan lidahnya ke arah Arya.
"Enak aja, cowok setia aku mah" ucap Arya gemas.
Reaksi interaksi antara Oniel dan Arya lagi-lagi entah kenapa membuat hati Gita memanas, dia pun tersenyum kikuk lalu berpamitan duluan ke teman dan adik tingkatnya itu. Sesampainya di mobil Gita menghembuskan nafasnya berkali-kali berusaha menetralkan gemuruh tak nyaman di dadanya.
Sial, sepertinya hati Gita terkunci untuk Oniel sejak malam dia menyenderkan kepalanya pada bahu nyaman Oniel.
Bersumbang
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beloved Bodyguards (TAMAT)
FanfictionDi suatu semesta lain, Adel dan Oniel adalah Kakak Beradik yang dibesarkan di panti asuhan, sampai suatu kejadian memaksa mereka untuk menjadi pelindung bagi-bagi member-member grup Idola ibukota. Bagaimanakah keseruan perjalanan mereka? - Sebenarn...