41 : S2 - Di Negeri Jiran

1.6K 219 2
                                    


"Hari ini Adel gemes banget ya?" tanya Olla pada Lulu dan Flora. Saat ini mereka sedang berada di kamar Marsha dan Muthe, biasa berbincang sebelum tidur.

Lulu mengangguk, menyetujui, hari ini Adel terlihat seperti adik yang manis bagi mereka. "Kak Muthe nemu topi Boboiboy-nya dimana?" tanyanya.

"Ada toko mainan gitu, lucu deh" jawab Muthe terkekeh.

"Kak Mumu naksir Adel ya?" tanya Lulu telak.

Muthe yang tidak siap dengan pertanyaan Lulu hanya bisa terdiam, lantas menunduk untuk menutupi mukanya yang perlahan memerah. Marsha dan Lulu tertawa melihat itu, namun tidak untuk Olla dan Flora, mereka mendengus kesal karena saingannya bertambah terus.

"Kak Adel emang sangar sih auranya" komentar Marsha "Apa aku juga deketin dia aja ya?" ucapnya bercanda, dia mengetahui kalau Olla dan Flora juga ada rasa pada Adel.

"Ga usah Sha, lu fokus sama Oniel aja gih!" Olla berkata ketus.

"Ih, Kak Adel juga ga kalah keren sih, apalagi kalau udah make jaket bomber hitamnya, wuih auranyaaa" ucap Marsha memanas-manasi.

"Apaan sih Sha, kalau udah suka sama satu orang, ga usah pindah-pindah!" Sewot Muthe. Mendengar itu Marsha dan Lulu kembali tergelak. Sedang Flora hanya terkekeh kecil saja, menghargai.

"hahahaha, emosi semuanya" ucap Lulu diantara tawanya. "Btw, kak Muthe emang naksir sejak kapan, cerita dong!" ucap Lulu.

Muthe enggan berbicara, dia pura-pura fokus pada handphonenya.

"Yaudah kalau ga mau cerita, berarti aku boleh naksir kak Adel dong?" tanya Marsha, mendengar itu Muthe langsung mendelik, akhirnya dia pun setuju untuk bercerita.

---

Siang itu Jakarta sedang terik-teriknya. Muthe berkali-kali melap keringat di dahinya, kakinya dihentak-hentakan. Dia sungguh dongkol dengan bodyguard baru yang begitu dipuji-puji oleh adik-adik generasi 9-nya. Lihatlah, jika bukan karena diminta manajer untuk pulang bersama bodyguard itu, dia pasti sudah memesan taksi online untuk pulang. Tak lama suara deru motor mendekat di tempat Muthe menunggu. Muthe geleng-geleng kepala tidak percaya, dia menuggu selama ini untuk dijemput menggunakan motor Vario. Dia benar-benar kesal, seharusnya tadi dia memesan taksi online saja tanpa mengindahkan omongan manajernya.

Gadis yang ada di motor itu turun dan melepas helm full-facenya, memperlihatkan wajah yang tegas namun tetap anggun, dan rambutnya yang terurai sebahu. Ia tersenyum penuh rasa bersalah pada gadis yang menunggunya di depan halte salahsatu tempat Les untuk persiapan masuk universitas.

"Maaf lama ya kak, tadi ada urusan sebentar di jalan" ucap Adel meminta maaf.Muthe yang sedikit terkesiap dengan visual Adel, lantas kembali pada emosinya. Dia mendengus kesal, hanya mengangguk saja.

Adel mendekat dengan langkah yang aneh, sedikit pincang, lantas menyerahnkan helmnya ke Muthe. Muthe sebenarnya penasaran kenapa Adel seperti itu, namun dia biarkan saja. Kekesalannya lebih penting dari pada apapun saat ini.

"Tadi kenapa ga nunggu di dalem aja kak?" tanya Adel disela-sela perjalanan.Muthe yang tidak mau dicap tidak sopan pun akhirnya menjawab "Risih, banyak yang minta foto di lobby" jelasnya.

"Ah, susah juga ya jadi Idol terkenal" ucap Adel terkekeh. Muthe hanya dia saja, enggan menanggapi.

Muthe saat ini menggenggam erat jaket Adel, dia baru menyadari jaket gadis ini terlihat berdebu dan lusuh sekali. Apa gadis ini dari keluarga tidak mampu? begitu pikir Muthe sederhana.Lampu merah terakhir sebelum belokan masuk ke perumahan tempat Mess mereka berada. Muthe masih fokus mencermati pakian lusuh milik Adel. Sampai dia tersadar, di siku kanan Adal ada sobekan tidak terlalu lebar, dan ada luka yang belum terlalu kering di situ. Apakah kejadian yang Adel sebut tadi ada kaitan dengan lukanya? Muthe makin penasaran.

"Tadi ada kejadian apa Del?" tanya Muthe akhirnya.

"Ah, gapapa, cuma nolongin bocil nyebrang" ucap Adel dengan nada santai.Muthe bingung, tidak melanjutkan pertanyaanya.

Sesampai di depan Mess, Muthe bingung karena ada Indah, Oniel dan Eli yang menanti mereka dengan wajah khawatir.

"Ini ada apa rame-rame?" tanya Muthe selepas dari turun dari motor, meninggalkan Adel dibelakangnya yang jalannya masih sedikit pincang.

"Kalian gapapakan?" tanya Eli dengan nada khawatir.

"Aku sih gapapa, gatau Adel, tadi katanya ada kejadian" jawab Muthe bingung.

Eli, Oniel dan Indah bergegas mendekati Adel yang jalannya sedikit pincang.

"Ini kamu kan Del?" tanya Indah menunjukan video dari akun Instagram @CegatanJakarta, Videonya baru diunggah 15 menit lalu. Video yang diambil dari dashcam mobil, seorang gadis dengan pakaian yang sama dengan Adel gunakan sekarang terguling-guling di aspal, karena menyelamatkan bocah yang menyebrang sembarangan dan hampir terserempet mobil.

"Hehehe" Adel terkekeh lantas mengangguk.

"Ya Ampun, bocah nekat banget!" decak Oniel kesal "Ada yang luka?" tanyanya.

"Baret-baret dikit" Adel menunjuk pada sikut dan bagian paha kanannya.

"Parah sih, sini gue obatin" ucap Oniel kesal, lantas ia memapah Adel masuk ke dalam Mess dan mendudukannya di sofa depan.

Muthe daritadi memperhatikan Adel, perlahan hatinya sedikit dipenuhi rasa bersalah sudah menyimpan persaan buruk pada Adel selama menunggu tadi, ia pun duduk di samping Adel sembari memasang wajah khawatir.

"Kalau tadi abis kecelakaan gitu, kenapa ga pulang aja sih?" ucapnya dengan nada merasa bersalah.

"Gapapa, takut kak Muthe udah nunggu lama" ucap Adel santai.

"Buka dulu jaket sama celananya, pake celana pendek kan?" perintah Oniel yang sudah kembali bersama Indah dengan obat-obatan di tangannya.

Adel menurut, dia nampak kesulitan membuka jaketnya, karena efek adrenalinnya sepertinya sudah hilang. Tangannya baru terasa nyut-nyutan. Muthe yang menyadari hal itu langsung membantu Adel. Entah mengapa Muthe merasa detak jantungnya bergetar lebih cepat, apalagi saat jaket Adel terangkat ternyata gadis itu hanya menggunakan tank top hitam. Lengannya yang kekar terlihat begitu tegas, terlihat ada ruam-ruam efek memar di beberapa bagian lengannya.

"Celananya tolong sekalian ya kak!" pinta Oniel yang sedang membubuhkan betadine ke kapas.

Muthe menelan ludah, Adel perlahan berdiri lalu memandanginya sembari tersenyum menahan perih "tolong ya kak!".

Muthe segera menepis pikiran kotornya dan perlahan membuka celana Adel. Muthe terbelalak, ternyata di bagian pahanya masih ada luka yang terbuka, darah terlihat menetes pelan-pelan dari sana.

"Kak Oniel, ini masih ada yang berdarah!" seru Muthe.

Oniel dibantu Indah pun dengan sigap mengobati Adel. "Kenapa ga balik dulu sih, bener-bener dah, kan bisa gue yang jemput!" Omel Oniel.

"Kasian, Kak Muthenya kelamaan nanti kalau muter dulu, lagian ga terlalu sakit" tepat saat Adel berbicara seperti itu, Oniel sedikit menekan kapas pada lukanya "Awwhhhhss, pelan-pelan kak!" protes Adel.

"Ligiin gi tirlili sikit" ledek Oniel.

Muthe menatap Adel lekat sembari menggigit bibirnya, di detik itu Muthe paham bahwa dirinya mulai memiliki ketertarikan lebih pada gadis itu.

---

"Oh jadi gara-gara badan Adel bagus" ucap Lulu dengan nada menggoda "Tapi emang sih, meskipun keker, tapi Adel pelukable banget, jadi pengen naksir juga deh" tambahnya.

"Kak Lulu, lama-lama aku gebukin nih!" ucap Muthe kesal.

"Hahahaha" lagi-lagi Lulu dan Marsha tertawa saja.

Bersumbang

Our Beloved Bodyguards (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang