"Pusing?" gadis berwajah Chinese itu bertanya sembari menatap lekat pada wajah manis di depannya.
"Dikit, maaf ya, gue ngajak lu ketemuan pas lagi banyak masalah aja" jawab gadis itu dengan nada bersalah.
"Santai kali Del, gimana kondisi Kak Oniel? ntar sorean gue sama Cici mau nengokin" jelas gadis itu sembari menyesap es cokelat-nya.
"Ka Oniel Better, cuma Ashel masih belum sadar, udah mau 3 hari dia koma" jelas Adel dengan wajah muram.
"Doakan yang terbaik aja, Afeksia ya?" tanya Eve.
"Iya, sempet kekurangan asupan Oksigen soalnya" Adel makin menunduk, merasa bersalah.
"Hei, wajahnya kok gitu, dulu gue confess ke Elu, karena elu gadis paling tegar yang gue tau loh!" ucap Eve sembari tersenyum, mengelus lembut lengan Adel, lalu mengenggamnya.
"Makasih yah Ip, dan maaf ya soal perasaan Lu" Adel mengeratkan genggaman tangannya juga ke Eve.
"It's okay, seperti yang gue bilang, kalau elu ga nerima perasaan gue pilihannya adalah kita balik sahabatan, ya kan?" ucap Eve terkekeh.
Adel mau tak mau tersenyum, masih segar rasanya diingatan saat tiba-tiba gadis di depannya menyatakan perasaan suka pada dirinya. Adel yang belum pernah ditembak orang sebelumnya pun refleks menolak, apalagi Eve adalah adik dari pacar kakanya.
"Thanks ya Ipi, kalau ga ada Elu, bingung deh gue" Adel berkata sembari tersenyum getir.
"Udah-udah, gue yakin semuanya bakal baik-baik aja, mending sekarang elu balik dulu ke RS gih, sorean gue kesana" jawab Eve sembari melepas genggaman tangan mereka yang tidak aman untuk jantungnya.
Adel mendengar itu pun mengangguk, lalu mereka berdua berjalan keluar Cafe, Eve masuk ke mobilnya sedang Adel ke motornya.
---
"Acel?" Adel refleks menutup mulutnya, saat melihat Ashel sudah siuman. Dia pun berlari menerjang dan langsung memeluk gadis itu erat.
"Syukurlah, akhirnya kamu siuman huhuhu" Adel refleks menangis, tidak mengindahkan tatapan bingung Ashel dan wajah sendu teman-temannya.
"Ka-mu siapa?" tanya Ashel bingung.
Bagai dipukul palu godam tepat di hati, rasanya begitu sakit "Aku Adel, kamu lupa?" Adel bertanya dengan nada tercekat.
"Aku ga inget" jawab Ashel menggeleng.
"Ah" tanpa disadari airmata mulai mengalir dari mata Adel. Makin lama makin menderas, dia mengenggam erat tangan Ashel, jika kalian pikir Adel menangis karena perasaan terluka sebab dilupakan, kalian salah. Adel menangis karena perasaan bersalah telah membuat Ashel seperti ini, perasaan bersalah ini menusuk-nusuk hatinya.
"Maaf ya Shel, Maaf banget, coba aja aku datang lebih cepat, coba aja aku bisa sampai sebelum kejadian itu, maaf banget, aku bener-bener minta maaf" mulut Adel terus mengucapkan kata maaf, tangannya masih menggenggam tangan Ashel erat sekali.
Teman-teman di sekelilingnya terbawa haru dan wajah mereka semua merasa bersalah. Tak terkecuali Ashel, gadis itu tak lama ikut menangis, lalu dia menarik Adel ke pelukannya.
"Engga, kamu ga salah, huhuhu" ucap Ashel cepat "Maafin, aku niatnya ngerjain kamu doang, jangan nangis please!" tambah Ashel dengan nada menyesal.
"Eh?" Adel mengangkat kepalanya, melihat Ashel.
"Iya, jangan marah ya, jangan nangis juga, ini ide anak-anak suruh ngerjain kamu" ucap Ashel sembari mempelototi Olla dan Jessi yang sedang menunduk di pojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Beloved Bodyguards (TAMAT)
FanfictionDi suatu semesta lain, Adel dan Oniel adalah Kakak Beradik yang dibesarkan di panti asuhan, sampai suatu kejadian memaksa mereka untuk menjadi pelindung bagi-bagi member-member grup Idola ibukota. Bagaimanakah keseruan perjalanan mereka? - Sebenarn...