Mobil Dirga baru saja meninggalkan rumah, untuk makan siang bersama Tsabitha; katanya. Padahal baru satu jam lalu, lelaki itu pulang ke rumah. Dirga memang pulang lebih cepat demi meluangkan waktu untuk sang ibu yang akan pulang besok pagi. Tetapi, Hapsari yang sejak kemarin lusa menginap di rumah kerabatnya itu baru akan pulang sore nanti.
Dari balik pintu Laras mengusap dada yang dilanda rasa lega tak terkira. Sebelumnya, rasa canggung seakan-akan merebak ke segala penjuru rumah. Insiden berulang; mimpi buruk dan bangun di dalam pelukan Dirga semalam, menjadi penyebabnya.
Laras kemudian bergegas, menuju dapur, melepas seluruh sticky note di salah satu dinding dapur yang baru ia pasang semalam. Dilanjutkan mengemasi seluruh aksesori hiasan kue yang tersimpan rapi di dalam buffet. Begitu juga dengan peralatan membuat kue yang berukuran kecil, ia menaruhnya di dalam kardus sementara. Beruntung, Ayas Kitchen kemarin libur beberapa hari. Tidak banyak stok bahan kue tersisa yang akan membuatnya kerepotan berkemas.
Perempuan berbaju terusan biru muda itu bergerak cepat. Ia mengambil dua koper miliknya yang terlapisi debu karena cukup lama teronggok di ruang penyimpanan. Ia mulai mengeluarkan seluruh bajunya dari dalam lemari, meletakkannya di atas tempat tidur sebelum menatanya ke dalam koper yang akan ia bersihkan terlebih dahulu.
Hingga terdengar seseorang mengucap salam, dibarengi ketukan pada pintu. Sambil berjalan meninggalkan kamar, Laras menebak-nebak siapa yang bertamu tengah hari begini. Sementara ia juga tidak punya janji dengan pelanggan, karena semua pesanan yang masuk telah ia batalkan.
"Mas Dirga?" Laras terkejut mendapati suaminya kembali pulang ke rumah.
"Ras, aku telepon kamu berkali-kali, kenapa kamu nggak jawab?" tanya Dirga. "Dompet saya sepertinya ketinggalan di kamar mandi."
"Ha?" Laras sendiri rupanya lupa di mana ponselnya berada saat ini.
Dirga sendiri dengan cepat masuk ke dalam rumah, menuju kamar mandi dalam kamar mereka. Namun, suasana kamar yang tak biasa membuatnya langkahnya terhenti. Ia menoleh pada Laras yang berdiri di ambang pintu kamar, "kenapa berantakan ini, Ras?"
"Aku sedang rapikan pakaian," jawab Laras ringan.
"Ke dalam koper?" tanya Dirga melihat dua buah benda itu dalam keadaan terbuka.
Laras mengangguk saja. Ia berjalan melewati Dirga dan kembali melanjutkan kegiatannya mengemasi pakaian.
"Mau kemana?" tanya Dirga pelan.
"Pulang."
"Pulang kemana? Ini rumahmu."
Sudut bibir Laras berkedut pelan. Ia sadar kalau ia memang sudah tidak punya lagi tempat pulang. Sebatang kara seakan resmi tersemat di belakang namanya setelah sang ayah pergi untuk selama-lamanya.
"Ke rumah Ayah. Besok pagi, setelah ibu pulang, aku juga pulang ke rumah ayah. Seperti yang pernah kamu bilang, urusan kita selanjutnya hanya mengurus perceraian di pengadilan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Yang Dinanti
RomanceLarasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup menggoncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri. Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...