Petir yang menyambar-nyambar di luar sama sekali tidak mengganggu kegiatan Laras saat ini. Ia sedang menyelesaikan tahap akhir dari pesanan 40 buah Bento Korean Cake dari sebuah taman kanak-kanak yang berada di wilayah tempat tinggalnya. Besok pagi-pagi sekali, kue itu harus ia antar. Mau tak mau, meski sudah larut, Laras harus menyelesaikannya.
Ayas Kitchen, usaha yang digeluti Laras sejak kembali tinggal di rumah sang ayah. Satu tahun pertama ia habiskan dengan mengikuti kursus dan giat belajar di rumah. Baru setelahnya atas usul dari Anye yang lebih dulu memiliki usaha Katering yang cukup besar, Laras kemudian mulai membuka pesanan.
Ia memulai usahanya secara khusus untuk birthday cake dan wedding cake saja, seiring waktu berjalan wanita yang tahun ini menginjak usia 28 tahun itu juga menerima pesanan berbagai macam kue tradisional, kue basah maupun kue kering. Pesanan pertama datang dari para pelanggan Kamelia Katering milik Anye. Hingga dalam setiap wedding yang menggunakan jasa katering Anye, pasti memesan wedding cake buatan Laras.
Suara hujan yang sedikit mereda menjadi instrumen syahdu bagi Laras yang kini mulai fokus menghias kue. Ia mulai melukis awan dengan butter cream berwarna biru, dilanjutkan dengan burung-burung dan matahari yang mengintip malu-malu di antara gerombolan awan.
Tahap melukis 40 kue itu telah ia selesaikan. Laras lalu beranjak dari tempatnya untuk mengambil sprinkle yang ia gunakan sebagai hiasan, di kabinet penyimpanan. Ia perlu bergegas menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera beristirahat. Besok sampai tiga hari berikutnya ia memang sudah tidak menerima pesanan untuk Ayas Kitchen. Karena ia akan disibukkan dengan persiapan acara doa empat puluh hari-an berpulangnya sang Ayah.
Suara deru mobil yang berhenti di depan rumah terdengar di antara gemericik hujan yang tersisa. Sprinkle hiasan kue terakhir baru Laras sematkan di atas kue sebelum ia menyibak gorden untuk memastikan.
"Dirga," ucap Laras lirih.
Laras berlari kecil menaiki undakan tangga yang menghubungkan dapur dan ruang tengah. Dipercepatnya langkah menuju pintu. Mobil Dirga sudah memasuki halaman rumah dengan sempurna. Laras baru akan membawakan Dirga payung, saat pria itu keluar dari mobil dan berlari menuju teras rumah.
Suara berat Dirga terdengar pelan saat mengucap salam. Laras menjawabnya lembut dan tatapan mereka bertemu sebentar. Ia mencium tangan Dirga sebelum lelaki itu melenggang masuk tanpa berucap apapun lagi.
Laras menutup pintu sambil memandangi punggung lelaki bertubuh tinggi tegap itu menjauh. Yang Laras tahu, Dirga memang mengambil penerbangan besok pagi untuk ke Medan menjemput ibunya. Ibu mertua Laras itu belum hadir sejak hari ayah Laras meninggal, karena salah satu kerabatnya di sana juga ada yang meninggal dunia. Kali ini, Ibu Dirga itu berencana menginap beberapa hari ke depan di rumah Laras.
Yang berarti Dirga juga akan menetap di rumah ini selama satu minggu penuh untuk pertama kali. Setidaknya sejak pengakuan Dirga kalau ia memiliki istri lain selain Laras. Sejak itu, Dirga jarang pulang ke rumah. Bahkan sebagian besar waktunya memang dipersembahkan untuk Tsabitha sang istri pertama. Kedatangan Dirga ke rumah ini seperti formalitas belaka. Mungkin hanya demi memastikan Laras tidak mati kesepian di dalam rumah ini.
Laras melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Dipindahkannya cake hasil buatannya ke dalam chiller dua pintu miliknya yang sudah terisi tiga kue berukuran besar lainnya hasil buatannya hari ini. Ia menata kue-kue itu dengan rapi, agar besok mudah dikemas ke dalam kardus untuk dikirimkan ke pemesan.
Laras meninggalkan dapur hampir setengah jam kemudian. Sambil meregangkan otot-ototnya, Laras mengakui hari ini memang terasa melelahkan.
"Masih ada pesanan yang belum selesai?" sambut Dirga begitu Laras memasuki kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Yang Dinanti
RomanceLarasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup menggoncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri. Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...