49

2.3K 338 56
                                    

Setelah hari itu, pada detik pertama ia mematikan sambungan teleponnya dengan Dirga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah hari itu, pada detik pertama ia mematikan sambungan teleponnya dengan Dirga. Laras langsung menonaktifkan ponselnya, hingga hari ini, dimana telah tujuh hari berlalu sejak hari naas itu.

Esoknya Andini memberikannya ponsel baru yang telah siap untuk ia gunakan. Termasuk dengan nomor ponsel para pelanggan Ayas Kitchen yang sudah memiliki pesanan. Walau sebagian besar pesanan, khususnya yang harus Laras kerjakan minggu ini telah dialihkan pada kenalan Kamelia Katering. Laras menerima ponsel itu tanpa tapi. Ia menikmati bagaimana Andini memfasilitasinya untuk mengambil jarak dari Dirga.

Dan, hari ini pagi Laras disambut dengan kejutan yang disiapkan Andini untuknya. Sebuah dapur yang luas, untuk ia gunakan untuk menyelesaikan pesanan Ayas Kitchen. Keberadaan Laras di rumah itu sendiri sudah diketahui oleh suami Andini, yang tanpa disangka menyambut baik Laras bahkan meminta Laras untuk tinggal di sana seterusnya. Suami Andini sendiri itu sedang melakukan perjalanan bisnis ke China untuk beberapa bulan ke depan.

Merasa cukup atas tujuh hari ke belakang yang ia gunakan untuk beristirahat penuh, Laras berencana untuk memulai kembali aktivitasnya hari ini. Sebelum mengisi dapurnya dengan bahan baku dan berbagai kebutuhannya menyelesaikan pesanan, pagi ini Laras kembali merekap pesanan yang tersisa. Ia juga membuka kembali media sosial Ayas Kitchen, memeriksa kembali pesanan yang mungkin luput dari catatannya.

Laras baru saja menutup fitur direct message setelah selesai membalas beberapa pertanyaan calon pelanggan, sekaligus memberikan nomor ponsel terbaru Ayas Kitchen. Pada halaman beranda, sebuah unggahan menarik perhatiannya.

Namun, detik berikutnya ia secara refleks meng-logout akun, mematikan daya ponsel. Diletakkannya ponsel itu dengan menelungkup sampai menimbulkan bunyi keras di meja marmer dapurnya. Ia menyandarkan separuh punggungnya pada stool yang ia duduki. Kedua tangannya terlipat di dada, dalam hati menyayangkan dirinya harus terpancing emosi hanya karena unggahan tak penting milik Tsabitha.

"Non Ayas, sopirnya sudah jemput di depan."

Cukup lama Laras termenung. Hingga seorang ART yang memberitahunya tentang kedatangan Aidan membuatnya menarik diri dari lamunan.

Senyum lebar Aidan yang menyambutnya di depan rumah, Laras balas dengan senyum tipis saja. Di dekat Aidan berdiri ada Andini. Tangannya terlipat di depan dada, dengan dagu yang terangkat tinggi. Tatapnya penuh waspada, seakan-akan Aidan akan membawa Laras pergi tanpa kembali.

"Bu Ayas, tadi kata Bu Andini, saya besok-besok nggak perlu jemput Bu Ayas lagi!" Aidan memulai percakapan saat mobil yang dikendarainya meninggalkan pagar tinggi rumah Andini.

Laras yang duduk di jok belakang, dengan tatapan tertuju pada jalanan hanya diam menantikan kelanjutan cerita Aidan yang hari ini memakai topi hitam polos itu.

"Bu Andini bilang, dia juga punya sopir sendiri buat mengantar Bu Ayas dan mengurus segala kebutuhan Bu Ayas. Terus saya jawab kalau saya nggak kerja, saya bisa nggak digaji Pak Dirga! Tapi, Bu Andini jawab kalau ia mau menjamin gaji saya asalkan saya jangan datang lagi. Karena menurut Bu Andini, saya mata-mata Pak Dirga!"

Waktu Yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang