28

2.1K 208 29
                                    

"Ras, kebetulan saya juga ada janji ketemu klien

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ras, kebetulan saya juga ada janji ketemu klien. Jadi, saya harus pergi sekarang, karena nanti sore Dirga jemput saya untuk berangkat ke Bandung. Untuk pesanan Birthday Cake saya, kita bicarakan via chat saja."

Jelas sudah kalau tujuan Tsabitha mengajaknya bertemu bukanlah untuk membahas Birthday Cake pesanannya. Malah perempuan itu memberinya informasi tak perlu soal Dirga yang rupanya mengajak serta dirinya pergi ke Bandung. Laras tak ingin kecewa, tapi kenyataan Dirga yang tak bercerita apapun padanya soal itu membuatnya sedikit sedih. 

Laras pun meninggalkan kafe sesaat setelah Tsabitha pergi. Ia menghentikan taksi. Padahal ia tadi datang menaiki ojek daring. Entah, Laras hanya merasa tubuh lelahnya tidak memungkinkan untuk melewati perjalanan dengan sepeda motor sampai ke rumah. Energi tubuhnya seakan terkuras habis oleh percakapan yang bisa dibilang singkat dengan Tsabitha tadi.

Setelah mengatakan tujuannya pada sang sopir, Laras membanting punggungnya ke sandaran kursi. Tatapan kosongnya setia mengarah ke samping kanannya, pada kaca jendela yang ia jadikan sandaran kepala.

Seluruh ucapan Tsabitha kembali terngiang begitu Laras memejamkan mata. Perempuan cantik itu menunjukkan dengan jelas bagaimana rasa tidak sukanya pada Laras. Lagipula perempuan gila mana yang bisa bersenang hati dengan perempuan yang mengganggu rumah tangganya. Ya, Laras mengakui keberadaan dirinya mungkin mengganggu. Tapi, bukankah kehadirannya di antara Dirga dan Tsabitha juga atas andil kedua orang itu sendiri?

Ketakutannya selama ini akhirnya terjadi. Didatangi istri pertama suaminya dan mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Namun, bukankah termasuk beruntung dirinya kali ini jika mengingat bagaimana lembut dan sopannya Tsabitha kepadanya, setelah rasa sakit yang dirasakan wanita itu selama ini.

Laras memijat pelipisnya yang mulai didera pening. Terlintas sebuah pertanyaan untuk dirinya sendiri. Apakah salah keputusannya mempertahankan Dirga? Apakah tak seharusnya ia memberi Dirga maupun dirinya kesempatan membina rumah tangga dengan cara yang lebih baik? Dengan arah yang pasti untuk mereka tuju?

Tidak. Tidak salah. Niatmu benar, tujuanmu benar, dan kamu berusaha melaluinya dengan cara yang benar. Begitu Laras menghibur hatinya sendiri. 

Diusirnya cepat-cepat rasa cemas yang tak seharusnya itu. Perihal masa depan yang tak semestinya ia khawatirkan. Ia percaya semua telah diatur olehNya. Pilihannya untuk terus bersama Dirga juga tentu atas izinNya. Dan, Tsabitha adalah salah satu ujian yang harus ia lewati jika ingin lulus dalam setiap episode rumah tangganya bersama Dirga.

***

"Dir, tante baru ngeh lho, kalau restoran ini tempat kamu dan istri kamu yang dulu melakukan resepsi."

Tante Utari tampak nyaman memindai  sekeliling suasana resto dari gazebo tempat mereka kini makan siang bersama. Sementara ketiga orang lainnya di sana kompak menatap Tante Utari dengan raut wajah tak nyaman. Khususnya Laras, yang kembali menunduk pura-pura sibuk mengupas kulit udang pancet bakar untuk suaminya.

Waktu Yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang