"Tunggu sebentar ya, Mas!"
Pria berkemeja biru dongker itu hanya mengangguk samar. Kedua tangannya masih setia mencengkeram kemudi, dengan pandangan mata mengamati pagar tinggi dari rumah pelanggan Ayas Kitchen yang saat ini ia dan istrinya datangi.
Laras sendiri turun dari mobil, kemudian mengayunkan langkah mantap menuju pintu gerbang kecil di sisi kiri. Seorang satpam bertubuh tambun keluar dari sana sesaat setelah Laras mengucap salam.
"Lho, saya kira sudah masuk bareng mobil katering tadi!" sambut sang Satpam.
Laras menarik kedua sudut bibirnya ke atas, kemudian terkekeh pelan pada satpam yang selalu ia temui setelah beberapa kali datang ke rumah ini. "Iya, Pak. Saya diantar."
Satpam itu manggut-manggut, seraya memperhatikan mobil dengan jendela terbuka yang berhenti di depan pagar. "Diantar siapa, Neng?"
"Suami, Pak!" jawab Laras kembali diiringi kekehan dan senyuman lebar.
Si satpam ikut tersenyum, seraya mengulang gerakan kepalanya tadi. "Kalau gitu saya buka pintu gerbangnya dulu. Nanti Neng bisa masuk dan siap-siap, mumpung tamu ibu belum datang semua."
"Terima kasih, Pak!" Laras kemudian membalikkan tubuh, berlari kecil menghampiri mobil hitam Dirga dan menaikinya.
"Belok, kanan Mas!" Laras memberikan instruksi pada sang suami. "Di depan situ, belok kiri. Acara arisannya di paviliun rumah kaca!"
Dirga menuruti arahan Laras. Setelah beberapa ratus meter ia lalui, ia masih belum melihat rumah utama. Sejauh matanya memandang, hanya tampak taman bunga, padang rumput, danau buatan serta kolam-kolam ikan serta beberapa bangunan paviliun.
"Kok sepi," gumam Laras saat mobil Dirga berhenti di area parkir paviliun estetik yang didominasi oleh kaca.
"Benar di sini acaranya?" tanya Dirga.
"Entah. Tapi, Mobil Kamelia Katering juga nggak ada," ujar Laras mengamati sekitar.
"Tunggu sebentar ya, Mas." Laras kembali turun dari mobil. Ia bergegas menghubungi Bu Patricia; si pemilik rumah sekaligus pemesan custom cake dua susun untuk acara arisan yang bertepatan dengan hari jadi kelompok sosialita-nya.
Acaranya di Paviliun rumah kayu yang baru. Maaf, saya lupa kasih tau.
Laras urung menghubungi Bu Patricia, saat perempuan itu justru mengiriminya pesan. Ia mengerutkan kening saat membaca lokasi acara yang tertulis dalam pesan.
"Rumah kayu yang baru?" Laras menggumam. Ia kemudian berpikir untuk menghubungi Dygta yang kata satpam tadi sudah tiba lebih dulu. Sayangnya, lelaki itu tidak kunjung menjawab teleponnya.
Laras menoleh ke belakang pada mobil Dirga yang terparkir. Ia berpikir sebaiknya ia memastikan lokasinya lebih dahulu, sebelum meminta Dirga mengantarnya. Ia pun berjalan dengan tetap menghubungi Dygta, mencari lokasi paviliun yang Bu Patricia maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Waktu Yang Dinanti
RomanceLarasita Maira pernah hampir kehilangan nyawa karena memulai pernikahan pertamanya dengan cara yang salah. Kejadian itu cukup menggoncang batinnya, yang kemudian membuatnya sadar dan berusaha memperbaiki diri. Waktu berlalu, dan Laras kembali dihada...