11

2.2K 190 24
                                    

Mahadirga: Brownies kamu laku keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahadirga: Brownies kamu laku keras. Aku sampai nggak kebagian.

Sebuah foto juga dikirim oleh lelaki itu. Foto yang diambil secara sembunyi-sembunyi, menunjukkan beberapa orang yang berkerumun di sebuah meja bundar, dengan kotak brownies Ayas Kitchen di sana. Senyum manis membingkai wajah Laras yang kini tengah memandangi ponselnya.

Tadi pagi, Dirga memang meminta Laras membawakannya satu kotak brownies untuk ia bawa ke kantor. Setelah separuh kotak pertama Dirga habiskan seorang diri saat sarapan tadi. Dan sekarang Dirga masih mengeluh tidak kebagian? Dasar!

AyasKitchen : Yakin ggak kebagian? Yang setengah loyang habis sendiri itu, nggak dihitung? 😋

Saat akan menekan tombol kirim, ibu jari Laras justru malah bertahan di udara. Ia baru menyadari sesuatu, hingga membuatnya memilih tombol hapus tanpa ragu. Ia meletakkan kembali ponselnya di meja dan mendorongnya sedikit menjauh ke tengah.

Apa-apaan? Tanya Laras pada dirinya sendiri. Apalagi mengingat emoticon yang ia pilih tadi. Sejak kapan ia berbalas pesan dengan Dirga dengan memakai emoticon gemas seperti itu? Jangankan menggunakan emoticon, berbalas pesan normal saja ia dan Dirga tak pernah melakukannya, dulu. Selama ini Dirga datang ke rumah yang ia tempati tanpa diminta, dan pulang tanpa diantar. Tidak ada istilah saling mengabari dalam jalinan hubungan suami istri yang mereka bina hampir setahun ini.

Dan, baru saja Dirga mengirimi pesan yang tidak penting-penting amat untuknya.

Laras tertegun, mengingat bagaimana hubungannya dan Dirga beberapa hari ini. Tepatnya sejak sang ibu mertua tidak jadi pulang ke Medan. Ia dan Dirga lebih banyak berkomunikasi, kadang sesekali terselip candaan receh yang membuat mereka terkekeh.

Padahal sebelumnya, Laras sampai mengambil keputusan besar untuk segera angkat kaki di rumah itu tanpa persiapan dahulu. Ia dengan nekat membatalkan semua pesanan Ayas Kitchen yang masuk karena ingin segera meninggalkan rumah ini untuk kembali ke rumah mendiang Ayahnya. Hanya agar ia tidak terus dihantui ketakutan akan kedatangan istri pertama Dirga, dan mengulang tragedi yang menimpanya hampir lima tahun lalu.

Kemudian dalam waktu singkat, Laras justru tidak keberatan saat Hapsari tidak jadi pulang. Tertundanya perceraian selama dua bulan, seolah-olah bukan masalah besar. Kembali lagi pada interaksinya dan Dirga yang sedikit berbeda. Entah kemana perginya sekat yang dulu setia menjadi penghalang di antara mereka.

Memang, menerima keadaan tanpa membenci kenyataan adalah hal satu-satunya yang ia bisa lakukan. Laras dengan kesadaran penuh, membenarkan hatinya menjadi ringan karena tidak lagi menyimpan kesal untuk Dirga maupun istrinya. Tetapi, harusnya tidak begini juga. Ia dan Dirga tidak perlu sedekat ini.

Derap langkah yang terdengar mendekat, memaksa gusar dalam hati Laras untuk menepi. Ia dengan sigap menguasai diri, menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk lengkungan indah di wajahnya.

Waktu Yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang