54

1.2K 262 77
                                    

Pukul delapan tepat, Laras meninggalkan kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul delapan tepat, Laras meninggalkan kamarnya. Langkahnya terayun pelan menuju tangga dengan bentuk meliuk yang akan mengantarkannya pada lantai bawah. Tangan kanannya berpegangan pada railing sementara satu tangannya lagi setia menyentuh dada kirinya sejak keluar dari kamar tadi. Ada janggal yang terasa tetapi tak Laras mengerti tentang hal apa.

Setiap jejaknya pada lapisan kayu di setiap anak tangga terasa ragu. Dengan kepala menunduk Laras terus memikirkan sesuatu yang mungkin ia lupakan sehingga timbul perasaan tak nyaman seperti sekarang. Namun, ia tak berhasil menemukan jawaban bahkan saat ia tiba di anak tangga terakhir.

Ia baru saja mengangkat wajah dan melihat dari pintu yang terbuka di depan sana, mobil yang biasa Andini gunakan baru saja melaju menuju gerbang rumah.

"Bi, Mama mau pergi kemana?" tanya Laras pada seorang ART yang baru akan menutup pintu.

"Saya kurang tau Non, tapi kelihatan panik dan buru-buru gitu."

Laras mengangguk sebagai respon atas jawaban yang ia terima barusan. Ia kemudian berbelok menuju pintu samping rumah yang langsung menghubungkannya dengan kantor Ayas Kitchen, bersebelahan dengan dapur. Kedua bangunan itu terpisahkan taman kecil dengan kolam dan gazebo serta satu meja panjang dan kursi-kursi, yang diperuntukkan seluruh pegawai Ayas Kitchen untuk beristirahat. Tak jarang juga Laras menerima tamu dari vendor ataupun customer di sana.

"Assalamualaikum," ucapnya yang dijawab serempak oleh beberapa orang yang ada di ruangan itu.

"San, gimana ...." Pertanyaan Laras menggantung, akibat respon mengejutkan dari lawan bicaranya. Sandra, yang semula Laras lihat sedang menekuri tab di mejanya, tiba-tiba saja menegakkan tubuh dan mengunci layar tabnya hingga menjadi gelap.

"Gimana, Kak?" jawab Sandra, staf yang bertanggung jawab atas sosial media Ayas Kitchen itu.

Laras melipat tangan di depan dada, menyunggingkan senyum miring pada Sandra.

Sandra mengerucutkan bibir. "Kak Ayas nggak tau sih, kemarin aku habis-habisan dimarahi Bu Andini karena Kak Ayas baca dm di akun Ig Ayas Kitchen."

Laras balas tertawa, "udah, nggak usah dipikirin lagi. Nggak mungkin juga kan, aku sama sekali nggak lihat sosmed?"

Sandra mengangguk kecil. Ia mulai menjabarkan progress setiap akun media sosial Ayas Kitchen setelah konten terbaru Ayas Kitchen di rumah seorang influencer yang baru ia unggah dua hari lalu. Respon positif mereka dapatkan dengan banyaknya pengikut baru dan tentunya pesanan yang masuk dari pelanggan baru, meski jumlahnya belum signifikan.

Laras beralih menempati meja kerjanya. Ia kemudian memeriksa daftar pesanan terbaru itu dan menemukan salah satunya dari sebuah EO yang akan menyelenggarakan kajian umum di wilayah yang tak jauh dari tempatnya tinggal. Seketika, rasa rindunya pada rumahnya bersama Dirga kembali datang. Selama ini ia memang merindukan tempat itu, dan berharap bisa kembali mengerjakan pesanan Ayas Kitchen di sana. Tetapi, ia tidak tahu apa bisa menempati rumah itu lagi kedepannya nanti. Apalagi dengan keadaan hubungannya dan Dirga yang tak jelas seperti sekarang ini.

Waktu Yang DinantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang