01. Lo Selingkuh, Gue Jadi Ipar Lu!

15.4K 494 4
                                    

Setengah hari ini tubuhku lesu dan letih. Ke sana-ke mari mengurus revisian skripsi yang masih kuperjuangkan untuk tuntas di akhir tahun ini, supaya tak lagi membayar uang semester tahun depan.

Bukan tak mampu, hanya saja terasa nanggung bayar penuh semester depan hanya untuk ongkang-ongkang selain bimbingan skripsi.

Yang membuat letih hari ini karena pembimbing 1 tak menepati janji pada jam bertemu. Ketika bertemu, beliau ingin hardcopy yang lengkap beserta cover-nya. Mau tak mau aku keluar kampus untuk mem-print skripsiku. Ketika kembali, aku harus memutari kampus untuk bertemu beliau lagi. Karena beliau ketua jurusan yang mana memiliki banyak agenda. Aku sedikit bersyukur karena beliau masih mau meluangkan sedikit waktunya untukku. Ya ... meksipun dengan banyak drama.

Terima kasih untuk Pepe, sahabatku yang rela kujadikan ojek seharian ini. Yang rela direpotkan untuk menemaniku menuntaskan anakku. Ya, anak. Skripsi ini kurawat seperti anak sendiri. Kuketik kata demi kata dengan ketulusan hati. Murni sekali tanpa niatan memplagiat milik orang karena aku tahu rasanya jika karyaku dijiplak orang lain.

"Sudah?" tanya Pepe, wanita tomboi berambut pendek yang ke mana-mana terlihat selalu bersamaku di kampus sejak semester awal.

Aku yang baru keluar dari ruang dosen jurusan sebelah mengangguk antusias sembari mencium anakku sampai menimbulkan bunyi 'cup' di sana.

"Syukur, deh," katanya ikut senang melihatku yang bahagia telah menyelesaikan bab akhir dari pembahasan skripsiku. "Langsung pulang? Atau mau ke mana dulu?" tanya Pepe saat aku mendekat ke arahnya.

Tak menjawab Pepe, aku langsung pergi ketika melihat sosok dosen tampan yang kukenal sebagai dosen pembimbing keduaku.

"Bum! Mau ke mana?" tanyanya sedikit berteriak ketika aku sudah tampak berlari ke arah gedung samping.

"Bentar, ya, Pe. Biar sekalian. Itu Pak Galuh mumpung lagi di kampus," teriakku balik sambil melambai ke arahnya. Tanpa menunggu jawaban, aku kembali melangkah, mengikuti dospem keduaku yang saat ini memasuki ruang dosen.

Mendekat ke arahnya, langkah kupelankan. Dosen tampan yang akan kutemui, tak mungkin grasah-grusuh di depannya. Harus tenang, harus elegan, harus berperilaku layaknya perempuan meski jiwa lelaki tertanam dalam hati.

"Pak Galuh, selamat siang," sapaku saat dosen berumur 38 tahun itu menoleh karena merasa diikuti.

Aku tersenyum sepenuh hati saat mata indah Pak Galuh menatapku. Taktik agar dosen yang terkenal sedikit killer itu mau meluluhkan hatinya untuk kucuri sebentar waktunya yang berharga itu. Kata teman-temanku, senyumku adalah senjata ampuh untuk menarik perhatian lawan jenis.

Semoga itu berlaku untuk Pak Galuh. Pria yang sudah memiliki tunangan. Apalagi tunangannya secantik dan seanggun Raisa.

"Arbumi Regina? Anak bimbingan saya, ya?" tanyanya dengan dua alis lebatnya terangkat.

Boleh terharu tidak? Aku diingat nama lengkapnya oleh dosen favorit sejurusanku. Dosen yang menjabat sebagai anak dari rektor kampus swasta ini.

Aku tersenyum anggun dengan binar bahagia. "Iya, Pak. Kalo ada waktu sekarang, boleh saya pakai untuk bimbingan skripsi saya, Pak?"

Mendengar pertanyaanku, Pak Galuh sedikit menimbang. Mata legamnya menatap jam tangan yang terlihat mengkilap di berbagai sisinya. Kutebak jam mahal. Tak mungkin menantu dari salah satu Dewan Komisaris Pertamina itu memakai barang KW.

Wajah rupawan Pak Galuh menghadap ke arahku. "Saya punya waktu lima belas menit. Ayo, masuk," katanya sembari membuka pintu ruang dosen yang dikhususkan untuknya. Seketika bau harum lavender menelusup di indera penciumanku. Tenang, segar dan menyejukkan. Seketika rasa letihku menghilang. Ini bukan pertama kalinya aku memasuki ruangan Pak Galuh, tetapi sebelumnya ruangan ini berbau parfum pria yang segar dan menusuk hidung. Namun hari ini aromanya berubah menjadi lembut yang memanjakan hidung.

Jadi Pacar Kakakmu! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang