26. Kencan Bobok

5.1K 254 5
                                    

Aku malu setengah mati menghadapi Mas Lintang. Ya gimana engga, aku tak punya hubungan apa pun dengannya tetapi dengan wajah tak berdosa aku memakai namanya di belakang namaku.

Suasana lift itu jadi begitu canggung. Bahkan staff WO yang mengantar kami ke lantai atas terkekeh dan menyuruh kami mengobrol untuk saling mengenal.

Dia tak tahu saja kami sangat saling kenal.

Saat telah sampai di atas, kami di arahkan menuju pintu tinggi setinggi harapan Mas Langit terhadap penyelesaian pendidikanku. Dari pintunya saja sudah terlihat bukan bahwa tempat yang disediakan begitu luxury?

Saat masuk, apartemen yang begitu luas langsung terlihat di mataku. Tak ada yang spesial, seperti apartemen biasanya. Hanya saja semua perabotannya terlihat mahal dan mewah.

Sebelum pergi, staff WO itu menjelaskan bahwa aku dan Mas Lintang boleh memesan makanan apa pun dan melakukan apa pun. Semuanya gratis sampai besok pagi.

"Mau pesan makanan dulu?" tawar Mas Lintang yang membuatku mengangguk.

Sebenarnya aku sudah kenyang, tetapi masih bisalah ya makan daging lagi, haha.

Mas Lintang duduk di sofa dan mengambil sebuah buku menu. Aku mengintilinya, lalu duduk di sebelahnya.

"Pesan apa?" tanyanya sembari membolak-balik buku menu itu.

Semua dagingnya menggairahkan. "Pesen semua boleh nggak sih? Mumpung gratis, haha."

Mas Lintang terkekeh. "Boleh, kebetulan saya belum makan berat sejak kemarin. Ayo mukbang."

Uhuuuy, seru juga nih kencan, apa karena dibayarin, yak? Wkwk, yang gratis memang selalu nyahuut.

Kami memesan tiga menu utama tetunya daging, dua menu seafood, lalu dessert.

Saat Mas Lintang sedang memesan makanan melalui telepon, aku berjalan-jalan melihat sekitar. Ruangan segede gaban itu hanya ada satu kamar. Ckckck, pelit apa gimana yang buat gedung ini. Untung saja ada kolam renang di sebelah kamar membuatku tak jadi mencaci maki arsitektur ruangan itu.

Ponselku bergetar. Kulihat ternyata pesan dari Mas Langit yang masuk. Pasti mau ceramah nih.

Mas langlang buana🥶
Awas jangan ngelakuin yang enggak-enggak.

Me:
Aduh yang enggak-enggak apa tuch.

Mas langlang buana🥶
Pokoknya kamu jangan aneh-anehin si Lintang.

Me:
Dih, apa ngga kebalik, nih?

Mas langlang buana🥶
Si Lintang mah orangnya lurus. Kalo kamu beloknya kebangetan ampe muter.

Me:
Apaaan dih

Mas langlang buana🥶
Awas ya kalo sampe si Lintang buka bungkus, kamu Mas kuliahin lagi!

Me:
Buka bungkus gimana, dia mah udah pernah kebuka. Tuh si Alina hasilnya. Yang perlu Mas khawatirin aku yang masih ting ting ini loh.

Mas langlang buana🥶
Si Lintang mah orangnya lurus. Kalo kamu beloknya kebangetan ampe muter.

Dia membalasku dengan template itu. Aku terkekeh dan memasukkan ponselku tanpa membalasnya lagi.

Setelah puas melihat semua ruang di sana, aku kembali ke sofa di mana Mas Lintang berada.

Dia sedang berteleponan dengan seseorang. Aku memilih duduk di sofa samping sembari membaca menu.

Jadi Pacar Kakakmu! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang