Kami menyewa mobil Hiace untuk camping kali ini karena full team. Pak Galuh dan pacar selebramnya, aku dan Mas Lintang, Mas Langit, dan Pepe.
Sip saling berpasangan. Cie-cie ah.
Tapi tunggu, aku merasakan suasana gelap di siang menuju sore yang indah itu.
Aku mencari-cari penyebabnya dan ternyata ....
Si setan ikut. Dia keluar dari rumahnya dengan satu tas perlengkapan campingnya.
Siapa yang ngajak woi!
"Sudah lengkap semua?" tanya Mas Lintang.
Aku mengangguk, tetapi Mas Langit menggeleng.
Aku menaikkan sebelah alis. "Nungguin siapa? Kan udah lengkap semua," ujarku sembari mengedarkan arah pandangku pada sekeliling sembari menghitung para manusia di sana.
Lengkap kok.
Mas Langit mengedipkan sebelah matanya padaku membuatku refleks menatap Pepe dan kami saling berpandangan. Dia menatapku dengan isyarat bertanya, aku mengedikkan bahu karena tak tahu juga. Semoga saja bukan ceweknya Mas Langit yak. Bisa patah hati sahabatku itu.
Tak berapa lama, sebuah mobil sedan hitam datang membuat Mas Langit langsung mengarahkan mobil itu untuk parkir di rumah Mas Lintang karena halaman rumah kami sudah ditempati oleh mobil Pak Galuh.
Aku mendekati Pepe sembari berbisik-bisik. "Kalau yang turun cewek, lo patah hati nggak?"
"Nggak sih, galau dikit paling iya," ujarnya santai.
Aku menatap sahabatku itu dengan tatapan tak percaya. Nggak waras kayaknya ni orang.
"Lo beneran suka nggak sih sama mas gue," protesku yang mendapat kedikan bahu darinya.
"Tapi kayaknya cuma nge-fans aja, sih."
Aku tak menanggapinya karena sibuk menunggu sosok yang akan turun dari mobil sedan tadi. Pepe juga ikut menunggu karena sama-sama penasaran.
Lalu ketika sang empu mobil tadi keluar, aku dan Pepe sama-sama berseru 3T alias terkejut, terkesima, dan terpana.
Jenjang seperti tiang, putih licin seperti bihun. Wajahnya sebelas dua belas ama tunangan Pak Galuh.
Gila, gengnya Mas Langit pinter-pinter banget cari cewek cantik. Terutama Mas Lintang tuh, pacarnya cuantik puoool kayak bidadari dunia. Haha.
"Cantik boooook," bisik Pepe padaku.
Aku mengangguk menyetujui. "Lo ikhlas nggak? Kaga mau berjuang dulu apa?"
Dia mengangguk cepat. "Banget. Kalo gue niat nyaingin dia, fiks gue gila."
Mas Langit mengajak wanita itu mendekat ke arah kami.
"Kenalin, dia adekku. Bumi," ujar Mas Langit memperkenalkanku kepada wanita dengan rambut dikucir satu itu.
Dia mengulurkan tangan lebih dulu membuatku tahu dia tipe orang yang humble.
"Aku Dania, salam kenal, ya."
Aku menerima uluran tangannya lalu bersalaman dengannya. Tangannya mulus ges, seperti tak pernah menyentuh sabun cuci piring cap kucing.
Setelah semua berkumpul, mobil yang dikemudikan oleh Mas Lintang itu akhirnya meninggalkan area perumahan menuju tempat camping. Lokasinya tak jauh-jauh, masih sekitaran Jabodetabek. Sebagian dari mereka semua adalah orang sibuk yang masih harus siap sedia jika ditelepon oleh staff rumah sakit ketika membutuhkan bantuan.
Ya gimana, ya, kalimat sebagian hidup dokter adalah milik pasiennya itu benar adanya. Tak jarang Mas Langit pergi tengah malam ke rumah sakit karena pasiennya butuh penanganan dari Mas Langit sendiri. Pergi pagi ketemu pagi sudah tak heran lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Pacar Kakakmu! [END]
Teen FictionArbumi Regina menjalani sebuah hubungan spesial dengan tetangganya, yakni Lintang Selatan. Karena mereka ingin tenang menjalani sebuah hubungan, akhirnya keduanya melakukan backstreet relationship. Sayangnya, tiga tahun berpacaran, Selatan berseling...