Karena hari ini lagi bahagia, jadi updatenya double-double🫢🫢
***Hari ini aku berjanji menemani anak itu seharian ini.
Meskipun di rumah itu ada Sus Emy, tetap saja Alina ingin aku yang mendampinginya bermain. Katanya, Sus Emy selalu tak seru jika diajak bermain oleh Alina.
Aku kembali melangkah ke ruang santai yang ternyata sudah ada Alina di sana yang tampak lebih segar setelah membersihkan diri.
Aku mendekatinya.
"Main apa hari ini?" tanyaku yang membuatnya langsung memberikan permainan monopoli kepadaku.
Aduh, anak kecil mainannya kek gini. Sudah besar nanti dia bakalam beneran beli banyak rumah di negara-negara tetangga nggak sih? Dia jelas mampu membelinya. Kekayaan keluarganya sudah mendarah daging dan tak akan habis tujuh turunan ke bawah. Mungkin membeli rumah di realita sama gampangnya seperti membeli rumah di permainan itu.
Selesai memainkan permainan monopoli yang membuatku menjadi bangkrut, dia menuangkan mainan lego di atas lantai yang berlapiskan karpet Rusia itu.
Dia mengajariku memainkan itu, menyusun lego-lego di sana menjadi sebuah bentuk.
Dia memberikan satu lego yang sudah terbentuk menjadi menara untuk kucontoh. Dia sendiri memilih menirukan bentuk mobil bermodalkan foto di ipadnya.
“Jadi, ini disatukan dengan yang ini biar jadi menara seperti ini, Kak,” katanya. Yang membuatku mengangguk-angguk.
“Oke.”
Kalau dilihat-lihat, bukan aku yang menjaga Alina, tetapi anak itu yang menjagaku karena dia mengajariku sesekali menjadi pengamat dan pengoreksi dari karyaku.
Beruntung sekali Mas Lintang memiliki anak yang begitu cerdas dan cekatan seperti Alina. Meski umurnya yang masih belia, tetapi Alina memiliki kepekaan terhadap sekelilingnya. Makanya aku cepat sekali ke-gep olehnya pacaran dengan bapaknya. Wkwk.
“Kakak Bumi, habis ini mainan kuda-kuda, ya?” ucapnya setelah selesai membuat menara.
Inilah yang membuatku harus gigit bibir ketika menemani anak itu. Bukan, bukan karena ajakannya bermain kuda-kudaan, tetapi karena energi anak itu tak habis-habis. Dia termasuk anak yang aktif ke sana-ke mari. Aku yang remaja jompo ini mana bisa menyamainya.
“Hah? Kuda-kudaan? Yang jadi kudanya siapa?” tanyaku.
YA, MASAK ALINA, BUM??!
Sapa tahu ye kan.
“Kakak gini, terus aku di atas, Kakak jadi kuda,” jelasnya sambil memperagakan posisi kuda dan penunggang.
R.I.P punggungku. Jangan encok ya.
Kami bermain dengan riang. Ralat, maksudnya dia bermain dengan riang dan bahagia seolah hidup ini tak ada beban. Yaiya, bebannya dipindahkan padaku semua.
Aku berhenti setelah lelah bernopang tubuhnya.
Sayang sekali anak itu suka berada di atas punggungku sehingga meski permainan telah selesai, dia tak mau beranjak dari sana.
Beneran R.I.P ini.
Aku membujuknya, dia menggeleng beberapa kali.
“Kamu nggak ngantuk? Ayo kakak temani di kamar sampai kamu tidur.”
Dia tergiur dengan tawaranku dan akhirnya turun juga dari punggungku.
Fyuuuh.
Alina mengangguk dan turun dari punggung, lalu ketika aku sedang mencoba mengkreteki tubuhku tiba-tiba saja dia menarik tanganku untuk mengikutinya menuju kamar. Dia masihTidak menolak, aku pun mengikutinya hingga berada di dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Pacar Kakakmu! [END]
Teen FictionArbumi Regina menjalani sebuah hubungan spesial dengan tetangganya, yakni Lintang Selatan. Karena mereka ingin tenang menjalani sebuah hubungan, akhirnya keduanya melakukan backstreet relationship. Sayangnya, tiga tahun berpacaran, Selatan berseling...