03. About Him

8.5K 355 4
                                    

Malam ini Tuhan berpihak padaku. Setelah hari Minggu kemarin aku tak bisa bertemu Mas Lintang, malam Selasa ini dia dan adiknya mengundangku dan Mas Langit untuk makan malam di rumahnya.

Tak ada acara khusus, ini sudah seperti kebiasaan ketika jadwal Mas Langit dan Mas Lintang sama-sama kosong, para pria tak punya pasangan itu saling mengundang makan malam di rumah dengan bergantian.

Kesempatan ini sedikit banyak membuatku menyusun strategi untuk menggaetnya. Sebenarnya, aku merasa diriku bodoh. Dia orang yang sempurna, dan aku wanita muda yang tak memiliki apa-apa selain rasa tak tahu diri ingin dia melirikku. Mbak Sarah, mantan istrinya saja yang tubuhnya bak gitar Spanyol tak dia lirik, apalagi aku.

Aku waras? Tentu tidak. Namun dendam karena adiknya menyelingkuhiku membuatku terus berekspektasi tinggi terhadap haluku itu. Yah, apa yang tidak mungkin di dunia ini?

BANYAK!

Sekali-kali aku gila tak apa. Lama sudah aku tak gila-gilaan semenjak berpacaran dengan Latan. Yah, aku menahan diriku agar si Brengsek itu tak berpaling atau ilfeel padaku. Nyatanya sama saja. Kulepaskan saja kemunafikan diri ini menjadi diriku yang sebenarnya. Agresif dan binal--eh, eh, bukan. Maksudnya ... ah, lupakan saja.

Mas Langit yang baru saja keluar dari kamarnya memindai tubuhku dari kepala sampai kaki.

"Cantik banget, padahal cuma ke depan."

Aku menatap pakaianku di kaca pintu. Tak heboh. Hanya crop top rajut berwarna biru langit dan plisket putih.

Heboh? Tidak 'kan? Pakaian ini membuatku kalem sekali. Tak ketika dengan Latan yang membuatku terlihat seperti preman.

Style baju kuubah. Jika bersama Latan aku selalu memakai pakaian berwarna redup, dengan kakaknya ini harus berwarna terang.

Beberapa hari sebelumnya sudah keteliti perbedaan mereka. Selatan menyukai warna hitam, cocok sekali dengan sifatnya yang sedikit dingin. Namun Mas Lintang kebalikannya.

Dia terlihat ceria dan berwarna. Mungkin faktor dia dokter anak? Entahlah. Namun jika kupikir-pikir, pria seperti Mas Lintang ini sangat cocok bersanding denganku. Uhuk bleketek.

Hah! Kau pikir kau cocok dengannya? NGACA DONG, BUM! Kelas kalian beda!

Tak apa. Aku bukan golongan wanita yang mundur hanya karena kami beda kasta.

Setelah siap, aku dan Mas Langit berjalan bersama ke arah rumah modern berlantai dua yang potongannya hampir sama dengan rumahku. Ya iya! Rumah kami di desain oleh arsitek yang sama. Bahkan hampir semua rumah di sini kembar.

Sembari menunggu pintu dibukakan, aku menilai pakaian yang digunakan oleh Mas Langit. Sangat kontras denganku. Dia hanya memakai celana selutut dan kaos pendek. Santai sekali. Aku jadi berpikir kembali bahwa pakaianku ini berlebihan. Ya ... biasanya jika berkunjung ke rumah ini, aku hanya memakai kaos dan jeans.

Berlebihan tidak, ya? Aku harus pulang dan ganti baju ini?

Lah, tadi percaya diri banget, kenapa sekarang ciut Bumi?

Seperti ada dua orang dalam tubuku, aku berdebat.

Terobos ajalah. Aku biasanya bodo amat kenapa sekarang peduli amat.

Pintu dari kayu mahal itu terbuka, menampakkan pria berumur pertengahan 30 tahun dengan senyum lebar menyegarkan pikiran. Pemiliknya bernama Lintang Utara, orang yang ingin kujadikan objek balas dendam.

Pakaiannya sederhana, hanya kaos pendek dan celana katun hitam. Namun mengapa membuat pria itu terlihat sangat tampan?

"Langsung masuk aja, kenapa pake ketok-ketok segala," katanya sembari menyilakan kami masuk ke dalam rumah yang lagi-lagi letak ruangannya hampir sama dengan rumahku.

Jadi Pacar Kakakmu! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang