41. Bincang Akhlak

4.5K 253 16
                                    

Perasaanku lega sekali mengetahui Mas Langit ternyata memang sudah tahu tentang hubungan kami.

Jadi, sebenarnya effort-ku sia-sia menutupi hubungan ini. Wkwk. Karena kenyataannya Mas Langit sudah tahu lama tentang itu.

Aduh aduh nggak bilang dari awal si Mas Lintang, kan bisa pamer-pamer kemesraan di depan masku itu biar dia kepanasan melihat adiknya punya kesayangan baru selain dirinya. Haha.

Saat ini aku sedang duduk di balkon kamarku menunggui Mas Langit yang sedang membuat cokelat panas. Tadi, dia tiba-tiba mengajakku bersantai di sini, di malam hari, dan menikmati angin malam dengan pemandangan rumah pacarku.

Kutahu itu bukan hanya bersantai ria, dia pasti ingin memberiku kiat-kiat atau malah akan menceramahiku. Mungkin kalimat-kalimatnya sudah dia tabung sejak Mas Lintang menghadap kepadanya, tetapi menunggu waktu yang tepat untuk mengeluarkannya padaku.

Lima menit kemudian, Mas Langit datang dengan dua gelas cokelat panas. Dia mengulurkan satu padaku, setelahnya mengambil posisi duduk di sampingku.

Kami menikmati keindahan bintang malam sembari menyeruput cokelat panas itu.

Indahnya dunia bila hanya dilalui dengan menatap bintang dan menyeruput minuman hangat.

"Nggak nyangka banget kamu dan Lintang pacaran," ujarnya yang membuatku seketika malu.

Aww, kenapa malu banget ya bahas ini berdua ama Mas Langit.

"Jangan lupa gendong aku keliling kompleks," kataku.

Mas Langit tertawa terbahak-bahak sampai cokelatnya hampir tumpah pada bajunya.

"Kok bisa sih dia suka kamu, Dek? Kan kamu dekil kek bocil main layangan."

Heyyyyy.

"Mas Langit akhir-akhir ini kok nyebelin sih. Kena virusnya Pak Galuh kayaknya, ya? Biasanya juga disayang-sayang atau dipuji-puji. Sekarang di roasting mulu perasaan."

Mas Langit sekali lagi tertawa lalu mengacak rambutku.

"Kamu sih selalu nempel ama Lintang, udah tahu Mas selalu di rumah sakit, giliran libur eh kamunya jalan-jalan ama Alina."

Aku mengerucutkan bibir dan menatapnya jahil. "Uuuu ceritanya cembokur nich?"

"Hooh," ujar Mas Langit sembari mencubit bibirku.

"Kan udah punya Ayang, jadi nggak usah aku perhatiin lagi dong."

Mas Langit menatapku dengan pandangan sipit. "Bagi Mas, keluarga nomor satu, pacar kedua lah. Nggak kayak kamu, ayang adalah segalanya."

Aku tertawa.

"Besok ayo kencan berdua seharian. Mumpung libur," ajak Mas Langit yang membuatku diam dan kicep.

Dia menatapku dengan tatapan melotot. "Nggak bisa lagi? Wah, parah parah."

Aku menampilkan wajah menyesal yang dibuat-buat. "Sorry, Mazz. Besok Alina ada acara kenaikan kelas, aku disuruh datang."

"Ngapain sih, emak bapak kandungnya ada. Biarlah mereka menikmati waktu bersama. Pake ngajak-ngajak kamu segala," gerutu Mas Langit.

Aku terngikik. "By the way, Mbak Dania kapan diajak nikah, kasian udah kepala tiga itu masa masih diajak pacaran kaya abg lebay."

"Entarlah, Mas mah belakangan."

Aku melotot. Woyyy maksudnya ane duluan gitcu?

"Mas Langit kalo nggak nikah-nikah, aku juga nggak bisa nikah sama Mas Lintang."

Jadi Pacar Kakakmu! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang