"Kim Jisoo?"
Jisoo menoleh. Tetapi tangannya masih sibuk mengusap-usap lengan Jennie dengan waslap basah.
Kegiatan rutin sore hari adalah menyeka tubuh sang istri. Jisoo memilih melakukannya sendiri alih-alih meminta bantuan perawat.
"Biasanya kamu tidak akan menengok kalau tidak dipanggil Hubby? Sekarang, mudah sekali membuatmu menengok padaku." Ucap Jennie ditengah kunyahannya. Ditangannya ada sebuah apel yang sudah habis setengah.
"Hei, telan dulu makananmu."
Jennie langsung cemberut. "Hm. Lagian aku tidak akan tersedak, by. Kan aku berbicaranya kalau kunyahanku tinggal sedikit."
Inilah Jennie, apapun yang dikatakan Jisoo selalu saja didebat. "Kamu tidak boleh galak-galak padaku."
"Hm baiklah..."
Jisoo menyudahi kegiatan menyekanya. Dia menepuk-nepuk pelan tubuh istrinya menggunakan handuk untuk menghilangkan bekas air yang masih tertinggal. Setelah selesai, dia membawa baskom berisi air keluar ruangan, kemudian masuk kembali dan duduk di kursi sebelah ranjang rawat Jennie.
"Sudah merasa lebih baik?"
"Sudah." Jennie menyerahkan apel yang tinggal setengah. "Aku sudah kenyang."
"EH?!"
Tanpa diduga, Jisoo langsung menggigit apel sisa itu. Melihat itu, Jennie menyambar apel itu kembali.
"Kenapa?"
Kelakuan ganjil Jisoo terus saja mengusik Jennie.
Jennie paham sekali apa yang dibenci lelaki yang sangat dia cintai. Dia tidak akan pernah memakan makanan sisa, apalagi jika itu penuh dengan bekas gigitan seseorang. Biasanya dia akan langsung membuangnya.
Sekali dulu, Jennie pernah tanpa sengaja menawari untuk makan sepiring berdua, dipikirnya akan romantis jika dilakukan bersama pasangan, tetapi sosok lelakinya dulu bereaksi memarahinya dan mendorong wajah Jennie ke arah piring.
Jennie langsung mengambil kembali apel tersebut. "Kenapa kamu memakan bekas sisaanku?" Ia memandang Jisoo dengan pandangan was-was. Jisoo dapat menangkap sikap tubuh Jennie yang sedikit... ketakutan?
Jisoo mengangkat alisnya, "Memangnya kenapa, Jennie?"
Jisoo merebut kembali apel itu, lalu memakannya dengan cepat.
"Sayang jika dibuang, Jen. Jika tahu kamu tidak akan memakan semuanya, seharusnya tadi apel ini dipotong dulu. Kamu tidak menurut padaku."
Perilaku aneh lainnya, sekarang Jisoo suka sekali menceramahinya untuk banyak hal. Suara dalamnya yang kini sedikit serak terus bertutur kata dengan lembut, bahkan lebih hangat dari yang dulu.
Jennie terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, dia tidak pernah berpikir sosok lelakinya itu akan mengubah sikap temperamennya semudah ini. Bahkan Jennie kira, sosok itu tidak akan pernah berubah sedikitpun, selamanya.
Mendapati istrinya yang terdiam, Jisoo melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya.
"Hei." Panggilnya. "Jangan melamun."
Jennie sedikit tersentak. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, mendapati sang suami menopang dagu sambil menatapnya.
"Ayo! Kita latihan rentang gerak lagi ya. Daripada kamu cuma melamun seperti ini." Ajak Jisoo.
Bibir Jennie langsung mengerucut.
"Hubby... nanti saja boleh?" Jurus andalan Jennie adalah merengek setiap kali sang suami mengajaknya untuk latihan kekuatan ototnya. Jennie mengatakan, jika tubuhnya masih sangat terasa lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...