[HARD WARNING: EXPLICIT CONTENT🔞] please be wise!
Kemudian, Jisoo keluar lagi dari kamar mandi, mengenakan celana dan baju abu-abu polos yang menyisakan jejak titik-titik air. Napasnya masih naik-turun seperti baru berolahraga.
Jisoo duduk di sebelah Jennie dengan perasaan canggung yang tiba-tiba muncul. Lampu meja di sisi tempat tidur memancarkan cahaya lembut ke lekuk leher dan bahu Jennie yang terpampang dari baju terusan hitamnya. Jisoo memindahkan perhatiannya ke lantai yang lebih mudah untuk dipandangi.
"By, are you okey?" Jennie bertanya.
Pertanyaan itu sudah Jisoo dengar puluhan kali sepanjang petang hingga malam hari. Salahkan kelakuan anehnya yang memilih melakukan jogging di tengah siang hari tadi.
"Kenapa, Sayang? Ada yang sedang mengganggu pikiranmu hm? Wajahmu tidak santai sekali, By."
Jisoo menyentuh wajahnya sendiri. Lalu menoleh ke arah istrinya. "Wajahku memang seperti ini."
"Ck!... aku sedang serius, Kim Jisoo." Kesalnya. "Lalu kenapa kamu tadi jogging saat siang hari huhh? Sejak kapan suamiku ini suka berolahraga? Tidak seperti biasanya." Desak Jennie.
"Hanya ingin..."
"Hubby???"
"Jennie, Lagian bagus juga jika lari di siang hari. Tubuhku bisa lebih fit lagi, dan---" Kalimat Jisoo terhenti, Jennie menggenggam tangannya secara tiba-tiba dan memotong perkataannya.
"By... kita sekarang adalah suami istri. Jika kamu sedang ada masalah, berbagilah denganku. Siapa tahu aku bisa membantu kan? Jisoo sayang... aku tidak bisa melihatmu gelisah seperti ini. Kamu tahu bukan kalau aku sangat mencintaimu? Tahu, kan?"
Berbarengan dengan kelembutan yang membungkus tangannya, Kalimat Jennie menjalarkan rasa hangat ke dalam hatinya.
Jisoo lalu menatap wajah itu lagi. Wajah yang mampu meluluhkan dunianya sekali jadi. Perlahan, Jisoo mengangguk. Keteguhan hati atas keputusan yang akan dia pilih, perlahan lebih menguat. Kim Jisoo, akan membuat Jennie jatuh sedalam-dalamnya kepadanya.
Kemudian Jisoo balas membelai tangan Jennie. "Sudah malam, lebih baik kita segera tidur. Aku sungguh tidak kenapa-kenapa. Kamu tak perlu merasa cemas, Jennie."
Mendesah, Jennie beranjak ragu menuju ke posisi tidurnya, diikuti Jisoo dari belakang.
"Kenapa aku terus saja merasa asing terhadapmu, Kim Jisoo?" Jennie bertanya dengan suara bergetar tiba-tiba.
"Seasing apa?"
"Aku seperti tidak pernah mengenalmu yang seperti ini, By. Kamu berbeda dengan yang dulu seperti apa yang bisa aku ingat." Jennie menunduk, gentar menemukan mata cokelat suaminya.
Jisoo melangkah maju. "Walaupun terasa asing, aku tetap suamimu, Jennie. Aku di sini selalu untukmu."
"Mulai detik ini, aku akan membuatmu mengingat versi diriku yang sekarang untuk selamanya, Jennie."
Kemudian...
Secelah tipis sebelum tubuh mereka bersinggungan, hangat napas mereka mengikat lebih dulu. Menyusul, kedua bibir yang melekat halus dan setitik kecupan menyulut ciuman panjang, meradang, yang meledakkan tumpukan keasingan, kekesalan, dan kerinduan yang menggebu.
Debam daun pintu akibat hempasan tubuh mereka tiba-tiba menyadarkan Jisoo. Sejenak dia menarik wajahnya. Dengan napas satu-satu, Jisoo berbisik. "Jika tidak berhenti sekarang, aku tidak akan bisa berhenti---"
"Jangan berhenti." Jennie menggeleng. Matanya kini menentang Jisoo lekat-lekat menyorot kesiapan untuk berserah yang tinggal menunggu isyarat dari Jisoo. Bisikan dari istrinya menyulap sisa keraguan Jisoo menjadi ketetapan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...