Decit ban mobil menandakan Jisoo, Jennie, dan Ibu Seo sampai di butik.
Jisoo sengaja menyetir sendiri karena ia harus buru-buru ke kantor. Jika bersama Lio, sudah dipastikan dia akan sangat terlambat datang ke kantor. Manusia penyuka warna kuning itu terlalu patuh dengan rambu-rambu lalu lintas.
Jisoo turun lebih dulu, lalu memutari mobilnya untuk membukakan pintu Jennie. Walaupun wajahnya tertekuk, sikap lembut Jisoo tidak hilang. Dia merengkuh pinggang Jennie dan menuntunnya berjalan pelan.
Dari dalam butik, dua pasang mata melebar melihat adegan manis yang tiba-tiba hadir di depan butik. Mulut menganga mereka spontan tertutup rapat mendengar bell yang berbunyi ketika pintu terbuka.
"KIM JENNIE...!"
Sapa Joy yang langsung berlari menghambur memeluk Jennie, diikuti oleh Wendy. Mereka berdua adalah sahabat dekat Jennie.
"Omo! omo! Lama sekali kita tak bertemu Jennie. Sekalinya bertemu, perutmu sudah membelendung saja. Suamimu pasti senang sekali bercocok tanam huh."
Sapaan Wendy mendapat lirikan tajam dari Ibu Seo. Wanita paruh baya itu mengirim peringatan agar dia menata tutur katanya dengan lebih sopan.
Jennie hanya tersenyum tipis. Sahabatnya itu memang senang sekali ceplas-ceplos tak karuan.
"Aku sudah pesankan sushi, kamu bisa memakannya bersama temanmu nanti. Jaga dirimu. Tolong jangan terlalu banyak bergerak kesana-kemari demi bayi kita." Ucap Jisoo serius. Lalu dia mengalihkan pandangan ke arah Joy dan Wendy.
"Tolong jangan membuat istriku kelelahan."
Wendy tertawa renyah, dia meninju bahu Jisoo. Jisoo pun tertegun, bingung dengan sikap sahabat istrinya itu.
"Yaak! Kenapa kamu seperti tidak mengenaliku? Apa kamu lupa? Aku Wendy. Wanita yang pernah menerima tamparanmu karena berani menghalangimu menarik paksa Jennie dari butik saat dulu. Tidak mengingatnya?"
Jisoo meneguk ludahnya, ia sedikit gelisah mendapati sahabat Jennie sepertinya mengenali sosok kakaknya. Jisoo pun bingung untuk menanggapi.
Ibu Seo yang menyadari itu, mencoba membantu mengalihkan.
"Segeralah ke kantor jika tidak ingin tambah terlambat. Percayakan Jennie padaku, aku akan menjaganya dengan baik."
"Tenang saja, Abang tampan. Ada aku juga." Tambah Joy, kemudian dia membekap mulut laknat sahabatnya itu. "Tidak perlu dengarkan omong kosong Wendy. Rada-rada memang dia."
Jisoo hanya mengangguk kikuk, kepalanya tertoleh menatap sang istri. Jisoo segera mendaratkan kecupan di kening istrinya, lalu dia berlari keluar dan mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
***
Jennie yang sedang asik mendesain karya lain, tiba-tiba didatangi oleh Wendy. Jennie hanya menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke kanvasnya.
"Jen, tadi itu benar Kim Jihoon?" Tanyanya lirih.
Tangan Jennie mendadak berhenti, kepalanya menengadah. "Huh? Siapa? Kim Jihoon?"
"Iya suamimu tadi, bukankah dia itu---"
"Siapa Kim Jihoon?" Potong Jennie. "Kim Jisoo, dia suamiku Wendy."
Terbelalak sempurna, napas Wendy sampai terhenti seperkian detik.
"Kim Jisoo? Bukankah kamu menikah dengan lelakimu yang dulu itu? Kenapa nama dia berubah? Bukankah seharusnya dia Kim Jihoon?"
"Hei, omong kosong apa itu? Berbicara apa kamu Wendy? Yaak! apa kamu sedang mabuk?" Heran Jennie,
"Sejak dulu dia adalah Kim Jisoo. Siapa Kim Jihoon itu? Kenapa kamu tiba-tiba menyebut namanya dan bilang kalau suamiku adalah Kim Jihoon? Atau jangan-jangan... Hei! apa lelaki itu sudah berbuat yang tidak-tidak padamu Wendy? Jangan terbelit-belit, jujur saja padaku. Siapa lelaki itu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...