Jisoo ragu mengucapkan janji pernikahannya.
Benar. Kim Jisoo kini sudah rapi dengan setelan jas putih. Disamping kirinya ada sang ibu yang mengangguk lembut memberitahunya untuk segera melangsungkan janji pernikahan.
Dia bergeming. Heran dengan kelakuan orang-orang yang mengelilinginya. Apa mereka menutup mata bahwa ada seseorang yang masih terbaring tidak berdaya di antara mereka?
Hyunbin berdeham. "Segeralah Jisoo, apalagi yang kamu tunggu."
"Apa tidak sebaiknya menunggu Jennie sampai pulih lebih dulu baru dilangsungkan pernikahan ini?"
"Kim Jisoo, lebih cepat lebih baik. Sebelum perut Jennie semakin membesar dan menimbulkan desas-desus yang buruk. Aku tidak ingin hal itu terjadi." Hyunbin menekankan semua perkataannya sambil menatap calon menantunya itu.
Jisoo memejam, lalu mendesah. Dia memandangi lagi wajah Jennie di samping kanannya, yang masih terbaring lelap di singgasana keramat itu. Mereka akan melangsungkan pernikahan di ruangan area terlarang gedung Kim Company.
Sebenarnya yang membuat enggan adalah ... bahwa setelah dia mengucap janji pernikahan, kehidupannya benar-benar akan berakhir.
Jisoo harus memulai sisa hidupnya sebagai pengganti ingatan orang lain, kendati itu kakaknya sendiri. Tetapi, melihat wajah Jennie yang kian memucat setiap harinya, membuat hati Jisoo lara. Tubuh ringkihnya ditambah ada makhluk lain yang sedang bertumbuh juga membuatnya sungguh gelisah.
Sebenarnya seperti apa Jihoon mengurus tambatan hatinya itu dulu? Apakah tidak terurus dengan baik? Wanita secantik Jennie seharusnya memiliki pipi penuh yang merona.
Lalu, ketakutan pun merayapi tubuhnya. Dia takut, jalan yang dia ambil ini akan lebih melukai Jennie dibanding kenyataan dia telah kehilangan Jihoon yang dicintainya---jika Jihoon akhirnya tidak tertolong.
"Jisoo..."
Panggilan lembut dari sang ibu membawanya kembali ke realita. Jisoo menoleh, dia mendapati sorot mata yang tiba-tiba menenangkan. "Ibu tahu pasti ini berat untukmu. Tapi kamu akan menolong dua nyawa sekaligus, Jisoo. Jennie membutuhkanmu."
Kembali Jisoo meluruskan pandangannya. Dia menatap sang calon mertua di depannya kemudian menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Kemudian mulutnya dengan sedikit bergetar mulai mengucapkan janji pernikahan mereka berdua.
Dan dimulailah kehidupan baru Jisoo setelah kedua bibir kenyal mereka menyatu dengan lembut di area terlarang gedung Kim Company.
***
"Jennie akan segera dipindahkan ke rumah sakit sesuai permintaanmu, Jisoo. Kamu bisa mendampinginya sekarang." Ujar Hyunbin selepas mereka keluar ruangan.
Prosesi pernikahan mereka berjalan lancar dengan berbagai penyesuaian mengingat kondisi mempelai perempuan yang masih terbaring lemah tak sadarkan diri.
Dengan lantang Jisoo mengucapkan janji pernikahan mereka sekali tanpa kesalahan.
Mendapati tidak ada sahutan dari sang menantu, Hyunbin berbalik, menatapnya dengan tatapan ganjil. "Sekarang aku harus membiasakan diri menganggapmu sebagai menantu keluarga Kim." Ujarnya.
Jisoo membuang muka. Iya dia tahu. Kehidupan baru sebagai menantu keluarga Kim dimulai dari sekarang. Tapi rasa asing masih menghinggapi hatinya. Semua terlalu cepat terjadi.
"Jisoo, jangan membuat istrimu menunggu terlalu lama."
Apalagi dengan sebutan itu, istri? Telinga Jisoo mentah-mentah menolak kata itu. Tapi mau bagaimana lagi, janji pernikahan sudah dikatakan dan dia benar-benar menyerahkan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...