8|| tetap saja

391 68 7
                                    

Seo Ye Ji,  hanyalah seorang ibu yang harus menyayangi anaknya dengan sama besar dan sama rasa.

Dia paham betul bagaimana rasanya jika orangtua berlaku pilih kasih terhadap anaknya, sebab dulu Yeji juga pernah merasakannya.

Betapa pedih perasaannya dibedakan apalagi sampai diasingkan oleh keluarganya sendiri. Kendati demikian, kepedihan itu dia ulangi kepada salah satu anaknya demi menyelamatkan anaknya yang lain.

Kim Jihoon dan Kim Jisoo, kedua anak lelakinya yang hanya terpaut usia satu tahun. Keduanya mewarisi genetis persona ayahnya, yang berparas tampan dan bertubuh tinggi.

Untuk sifatnya, keduanya sangat bertolak belakang. Jisoo mewarisi sikap hangat, penuh perhatian, dan tidak mudah menyerah seperti ayahnya. Sementara Jihoon agaknya mengikuti sifat seperti dirinya yang temperamen, keras kepala, dan tidak berperasaan.

Perbedaan itulah yang memicu pertengkaran hebat 10 tahun lalu yang akhirnya membuat Jisoo memilih keluar dari rumah, dia mengalah demi kebahagiaan kakak kandungnya.

Saat itu, Yeji tidak bisa menahan Jisoo untuk tidak pergi, dia berpikir, itu sudah menjadi keputusan final anak keduanya itu. Dan Yeji memiliki keyakinan, jika Jisoo sudah memikirkan tindakannya itu secara matang-matang, Yeji pun merelakan kepergiannya.

Sekarang, Yeji malu, sungguh sangat merasa malu. Tanpa rasa bersalah, dia meminta anaknya yang dulu ia biarkan pergi untuk kembali, lagi-lagi demi anaknya yang lain.

Lebih memalukannya lagi, sang anak datang tanpa rasa benci kepadanya atas apa yang sudah dilakukan oleh ibunya sendiri.

Yeji sangat malu, bagaimana anak yang jauh darinya bisa tumbuh dengan begitu baik? Sedangkan, anak yang terus bersanding dengannya tidak bisa dia didik dengan baik? Dentuman keras terus menikuk hatinya setiap malam, memikirkan kumpulan dosa terhadap anaknya, Kim Jisoo.

Kendati demikian, Yeji sejenak lupa dengan rasa bersalahnya kepada Jisoo selepas melihat Jihoon yang masih terbujur koma dengan berbagai alat medis yang menempel guna menunjang kehidupannya.

Dirinya tidak pernah absen menemani dan merawat anak pertamanya itu.

Padahal, saat meminta Jisoo untuk kembali dan membantunya, Yeji berkata akan lebih memerhatikan Jisoo,

bohong.

Yeji baru mengunjungi Jisoo satu kali, pun itu atas permintaan putra keduanya yang memintanya untuk membantu menjaga Jennie sebentar kala itu. 

"Ya Tuhan... Hidup adikmu selalu baik, Jihoon. Padahal dulu, dia sudah memberikan seluruh hidupnya untukmu. Tapi tetap saja, dia yang selalu menang." Ucap Yeji.

Dia baru saja selesai menyeka tubuh Jihoon di ruang ICU di area terlarang. Tentu ruangan khusus yang disediakan Hyunbin agar keberadaan Jihoon tidak diketahui.

"Mengapa hidupmu selalu saja menyedihkan?" Yeji menyusut sudut matanya.

"Apa karena kamu mirip denganku? Jika iya... Maafkan ibu, nak." Yeji membawa telapak tangan anaknya dalam dekapan, ia menghujaninya dengan kecupan.

"Maaf. Sungguh, maafkan ibu, Kim Jihoon..." Hati Yeji benar-benar teriris melihat putranya terbaring tak berdaya.

"Ibu harap kamu bisa lekas sadar, nak. Ibu berjanji akan mengembalikan hidupmu yang sedang dipinjam oleh adikmu sekarang. Asalkan kamu segera bangun, nak."

***

Sudah satu minggu lamanya Jennie menjalani masa pemulihan. Kabar baiknya, Jennie pulih dengan baik dan hari ini sudah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Tentu kabar gembira ini langsung menyibukkan Hyunbin untuk menyiapkan kepulangan putri kesayangannya.

"Bagaimana? Kalian akan menempati dan tinggal di griya tawang saja ya." Ucap Hyunbin dengan mata berbinar.

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang