12|| kesal

620 102 6
                                    

Kesan berbeda Jisoo dapatkan sesaat setelah masuk ke ruangan yang ditunjuk Hyunbin sebagai kantornya.

Nuansa hitam putih yang dipilih oleh sang mertua terlihat cocok untuk vibes CEO muda baru. Begitulah yang tertulis di pintu masuk dan juga papan kaca di mejanya, Hyunbin menempatkannya diposisi tersebut. CEO Kim Company.

Ruangan 25-meter persegi dengan jendela besar sebagai sumber cahaya diisi dengan furnitur minimalis yang multifungsi sehingga tidak terasa sumpek. Pola-pola geometri yang mempertajam kesan maskulin pada ruangan diterapkan dalam berbagai rupa. Mulai dari pajangan, karpet, hingga hiasan dinding. Penambahan rak buku dengan tekstur kayu yang artistik menambah kesan unik pada ruangan, mendapat kesan sentuhan klasik.

Jisoo menggangguk-angguk menyetujui dekor ruang yang dibuat oleh sang mertua, Jisoo menyukainya dan merasa nyaman. Baginya sudah cukup seperti ini, tidak ada yang perlu diubah, dikurangi, ataupun ditambah.

"Bagaimana?" Tanya Hyunbin disampingnya.

"Aku suka! Terimakasih, Dad. Ruanganku cukup seperti ini saja."

"Oke." Hyunbin berjalan menuju meja kerja Jisoo, dia menyentuh sebuah figura yang masih kosong.

"Kamu dan Jennie perlu foto bersama , Jisoo. Agar figura ini tidak kosong." Ucapnya sambil menunjukkan sebuah figura.

Jisoo mengulum bibirnya. Dia dan Jennie memang sama sekali belum memiliki momen bersama yang diabadikan, bahkan untuk pernikahan mereka. Bagi Jisoo itu bukan masalah, dia tidak terlalu suka berhadapan dengan kamera. Seumur hidupnya, bisa dihitung dengan jari jumlah foto yang dia lakukan, itupun masih bersama orang lain.

Tetapi mungkin, sekilas Jisoo berpikir, tidak buruk juga dia mengabadikan kehidupannya kali ini, kehidupan baru dengan peran yang baru juga. Terutama dengan Jennie. Kelak jika kehidupan ini tiba-tiba berhenti dan hilang, setidaknya ada lembaran yang bisa mengobati rindunya.

"Akan aku bicarakan dengan Jennie untuk itu. Oh iya, Dad?" Jisoo mengingat sesuatu, yang selama ini dia tahan. "Dia ada di sini? Di lantai 20?"

Alis Hyunbin meninggi, tapi kemudian dia menghela napas sebelum menjawab. "Ada di area terlarang. Kamu ingin menjenguknya? Ibumu pasti ada di sana."

"Ibu?" Mata Jisoo menyipit.

"Iya. Setiap hari Yeji, ibumu pasti datang. Kamu tidak mengetahuinya?"

Jisoo menggeleng, rahangnya tiba-tiba mengeras. Dia jadi tersadar, semenjak dirinya menikah, ibunya tidak pernah lagi menghubunginya, walau untuk sekedar bertanya kabar. Yeji juga tidak pernah sekalipun mengunjunginya.

"Ternyata sibuk mengurus anak kesayangannya." Gumam Jisoo lirih.

"Hah apa? Apa kamu mengatakan sesuatu Jisoo?" Tanya Hyunbin yang samar-samar mendengar suara Jisoo, namun tidak tertangkap jelas.

"Oh, tidak, Dad." Jawab Jisoo cepat. "Aku ingin menjenguknya sebelum pulang, Dad. Apakah boleh?"

"Lakukanlah. Tapi Daddy harus segera ke ruangan, ada rapat sebentar lagi."

"Ya. Tidak apa-apa, Dad. Aku akan ke sana sendiri."

"Ke sananya jangan lama-lama, setelah itu langsung pulang. Kasihan Jennie pasti sedang menunggumu."

Jisoo mengangguk patuh. Kemudian masuk ke dalam lift, dan menekan tombol lantai 20.

Dia mengatur napasnya mencoba menenangkan dirinya, dia akan bersiap melihat kenyataan yang tidak pernah berpihak padanya sedari awal. Bahwa seorang ibu yang dia hormati tetap tidak bisa membagi cintanya sama besar dan sama rasa. Bahwa dunia kakaknya yang sedang dia selamatkan kini, tidak benar-benar menjadi dunianya.

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang