Tidak semua orang berani membuka diri, menunjukkan pada dunia inilah aku dengan segala ke'aku'annya.
I am what I am.
Ada sebagian orang yang takut menjadi dirinya sendiri. Karena dunia telah membuat label-label bernama identitas dan hanya manusia dengan label atau identitas yang disepakati mayoritas lah yang akan diakui eksistensinya.
Sebaliknya, mereka yang diberi label 'tidak umum' atau 'aneh' atau 'menyimpang' dari identitas mayoritas harus menyangkal diri, menyembunyikan, dan menutupi identitasnya.
Mata Jennie menggenang, dari lirik lagu True Colors yang sedang diputar suaminya---Jisoo tertidur---mengingatkannya akan mendiang sang ibu.
Kim Chae Rin. Ibunya, penggemar Cindy Lauper itu dulu pernah mengatakan lagu True Colors memberinya semangat agar berani menjadi dirinya sendiri, berani menunjukkan siapa dia yang sebenarnya. Bukan citra yang diinginkan orang lain.
Dan semangat itu Chae Rin tularkan kepada putri semata wayangnya. Kim Jennie kecil, dia sering bersenandung bersama sang ibu menyanyikan lagu tersebut sebelum tidur.
Sudah lama sekali Jennie tidak mendengarnya lagi, tetapi tanpa diduga, suaminya, Kim Jisoo, memutarnya hari ini.
Aneh sekali. Sejak kapan Jisoo mulai menyukai lagu yang penuh makna semacam ini? Dan bahkan, ternyata dia menyukai musik? Ini pertama kalinya Jennie menemukan lelaki yang dicintainya itu menyetel musik. Walaupun terpejam, dari raut wajahnya, Jisoo terlihat begitu menikmati alunan nada lagu itu.
"Kamu semakin asing saja, By. Tapi kamu juga semakin mendekatkan aku dengan warna hidupku yang sebenarnya." Gumam Jennie sambil menyisir rambut Jisoo dengan tangannya.
Tapi, seketika Jennie terkesiap.
"Ehhh!"
Jennie sekali lagi mengecek dahi suaminya dengan punggung tangannya.
"Sayang, kamu sakit?! Badanmu panas sekali, By."
Lamat-lamat Jennie meneliti wajah suaminya, dia baru menyadari jika hidung dan sekitar mata Jisoo memerah.
Ibu hamil itu mencoba memanggil-manggil Jisoo lagi. Namun suaminya hanya bergumam tidak jelas. Tubuhnya meringkuk. Melihat itu, segera Jennie menaikkan suhu ruangan.
"Ibu, tolong panggilkan dokter!" Ucap Jennie dengan cemas sesaat setelah sambungan telepon terangkat.
"Jisoo sepertinya sakit." Tambahnya.
"Cepatlah!"
Jennie menutup sambungannya, lalu mendekat lagi ke Jisoo. Tangannya tak henti mengusap punggung tangan suaminya itu.
"Je-Jenn-nie..."
Dengan suara parau, Jisoo akhirnya memberi respon. Dia berusaha membuka matanya, tetapi gagal. Matanya terasa sangat berat. Setelah Jisoo mandi tadi, tiba-tiba tubuhnya ambruk. Kepalanya berdenyut semakin keras. Gatal di hidungnya juga semakin bertambah.
"Hei." Balas Jennie dengan mencoba tersenyum.
"Bertahanlah, By. Sebentar lagi dokter akan datang."
Jisoo menangkap tangan Jennie yang hendak mengusap dahinya,
"Jangan, Jen. Kamu tidak boleh disini. Aku sedang flu Jennie, kamu bisa saja tertular." Ucapnya. Kemudian Jisoo merapatkan selimut sampai menutupi setengah wajahnya.
"Keluar!"
Jennie mendecak. Mana bisa dirinya jauh-jauh ketika suaminya sedang terbaring tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...