Sudah lima hari penuh Jisoo menemani Jennie yang masih belum juga siuman. Padahal dokter mengatakan Jennie bisa sadar dalam waktu dua hari. Dua lelaki yang setia menunggunya diharap-harap cemas. Bagaimana tidak, sampai sekarang pergerakan kecil pun tidak ada. Jennie masih saja tertidur nyenyak.
"Apa Jennie akan baik-baik saja?" Hyunbin bergumam sembari menatap putrinya.
Jisoo yang sedang mencoba memeriksa respon refleks istrinya berhenti, lalu menatap mertuanya. "Dia harus baik-baik saja." Jisoo harus yakin kepada perempuan itu, dia sudah mengorbankan hidupnya untuk dia. Jadi bagaimanapun, Jennie harus segera pulih.
"Tadi aku bertemu dengan dokter." Tutur Jisoo kemudian.
"Apa yang dokter katakan?"
"Setelah sadar, Jennie harus segera memulihkan rentang geraknya, bisa dengan program fisioterapi. Jennie sudah tidak menggerakkan tubuhnya selama tiga bulan."
Hyunbin mendesah. Matanya menyiratkan penyelasan terdalam. Yang telah menyebabkan semua penderitaan Jennie adalah dia, ayahnya sendiri. Bagaimana nanti dia akan menghadapi putrinya sendiri? Rasa-rasanya Hyunbin tidak pantas menampakkan wajah di hadapan putrinya sendiri.
Hyunbin tidak menanggapi lebih. Dia lebih memilih berdiam dengan duduk di sofa yang memang tersedia di kamar rawat mewah anaknya.
"D-dad." Panggil Jisoo dengan canggung.
Banyak sekali perubahan yang terjadi secara mendadak bagi Jisoo. Ya. Salah satunya memanggil pria tua itu dengan sebutan daddy.
Kamu menantuku, Jisoo. Panggil aku daddy seperti Jennie memanggilku. Kamu harus terbiasa mulai sekarang. Begitulah kira-kira perintah yang dia berikan lima hari lalu.
"Ya?"
"Aku akan keluar menemui dokter, memastikan lagi kondisi Jennie. Mungkin daddy ingin menitip sesuatu? Aku bisa mampir sebelum kembali."
Hyunbin menggeleng. Kemudian tersenyum. "Pergilah. Daddy tidak sedang menginginkan sesuatu."
Jisoo pun pamit keluar. Dia berjalan dengan langkah yang lebar. Raut wajahnya pun serius sekali. Sepanjang hari dia menatapi wajah istrinya, Jisoo tidak bisa tidak berpikiran buruk melihat wajah pucat istrinya yang tak kunjung membaik.
Jisoo menduga Jennie bisa saja menderita anemia. Dirinya masih mengingat ilmu yang dulu pernah didapat. Bahwa saat hamil, tubuh perempuan akan membentuk lebih banyak sel darah merah untuk mendukung pertumbuhan janin. Produksi sel darah merah dan hemoglobin membutuhkan berbagai komponen seperti zat besi, asam folat, dan vitamin.
Jika tebakannya benar, mungkinkah karena asupan nutrisi yang masuk kurang? Walaupun berbagai obat sudah dimasukkan, tetap saja tubuh memerlukan nutrisi dari bahan-bahan yang alami.
Jisoo frustasi, memikirkannya saja sudah membuatnya tercekat. Lantas, dia mempercepat langkah kakinya hingga kemudian dia bertemu dokter dan mengungkap semua kegelisahannya.
"Benar, Pak Jisoo. Bisa saja salah satu tanda gejalanya kulit tampak pucat, konjungtivanya anemis. Agar jelas, kita bisa melakukan pengecekan darah." Ujar dokter.
Jisoo mengangguk. "Tolong lakukan yang terbaik untuk Jennie, Dokter."
Jisoo memang menikahi Jennie karena keadaan, tetapi ketulusan yang dia berikan sejak awal murni dari hatinya. Entah itu bentuk mengasihani atau benar-benar menyayangi. Butuh waktu untuk membuktikan semua itu.
***
Lalu mobil mereka melakukan manuver memutar akibat disenggol mobil lain dari arah samping. Tanpa memberi waktu untuk bersiap, mobil lainnya dengan cepat menabrak dari arah belakang. Sang perempuan dengan ketakutan menatap sang pria yang mencoba mengendalikan setirnya. Mobil berputar tanpa arah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...