20|| takut

635 114 16
                                    

"Huh."

Mata Jennie tiba-tiba memanas. Dia memandangi layar ponselnya yang berkedip mati. 

Panggilan yang baru saja diakhiri sepihak entah bagaimana membuat hatinya perih. 

Jisoo, suaminya, tidak membalas ungkapan cintanya. Mungkin sepele, mungkin karena Jennie yang terlalu baperan, tetapi tidak, ini tidak boleh. Jennie rasa, sekarang  untuk mendapat pengakuan cinta dari Jisoo sangatlah sulit. Padahal dulu tanpa diminta pun, sosok lelakinya itu rajin mengucapkan cinta setiap hari. Sangat berbeda dengan sosok yang sekarang.

Jennie memejam erat agar air matanya terbendung. Kembali dia memandangi kertas-kertas sketsa di depannya, seketika ketenangan hadir walau tidak menyapu bersih lara di hatinya. 

Jennie dibawa kembali ke masa silam sebelum hidupnya dipenuhi oleh sosok lelaki yang sangat amat dia cintai. Dulu, tangan mungilnya itu gesit menari di atas selembar kertas. Ia coret-coret sampai membuahkan sketsa baju maupun gaun yang apik.

Di kamar tidurnya yang dulu, Jennie bisa melihat bukti kejayaannya ketika remaja.

Beberapa baju hasil rancangannya terpakai pada manekin-manekin. Yang sangat menarik perhatian adalah sebuah dress capelet berbentuk sayap, yang dulu Jennie rancang sebagai impian gaun pengantinnya kelak. 

Gaun yang dirancang Jennie sangat cocok untuk tubuhnya yang bisa dibilang mungil tetapi bertubuh ideal itu. Selain memberi kesan cantik bak bidadari sesungguhnya, cape dalam bentuk sayap pada gaun akan membuat lengan tampak berisi. Pada bagian neck line, Jennie memilih model empire line yang membuat leher terlihat lebih jenjang. Agar gaunnya terlihat lebih berbentuk lagi, Jennie memfokuskan detail lain pada pinggang dengan menambahkan pearl.

Dirinya juga merancang desain lain. Untuk penampilan minimalis, chic, sekaligus seksi, Jennie membuat gaun dari kain satin dengan cowl neck di bagian dada. Lalu dia menambahkan belahan pada sisi gaun bagian samping bawah. Gaun yang kelihatannya polos pun disulap oleh Jennie menjadi sangat mewah, tidak akan terbayang bagaimana cantiknya seorang Kim Jennie jika memakainya. 

Kemampuan desain Jennie memang tidak pernah bisa diragukan, seperti mendiang sang ibu.

Perempuan pemilik senyum gummy itu menyusut hidungnya dan mengerjap beberapa kali.

Gaun-gaun yang dia rancang dulu pernah dia impikan bisa digunakan ketika dia menikah. Tetapi kenyataannya, walaupun sudah menikah bahkan sedang mengandung anak pertama, tidak pernah ada pesta layak yang digelar sehingga dia dapat memakai gaun impiannya itu. 

Jennie tersenyum getir, keadaan yang tidak biasa lah penyebabnya. Namun Jennie tidak pernah sekalipun menyesali, karena dia memiliki sosok Jisoo sekarang di sisinya. Itu sudah sangat cukup.

Hembusan napas panjang Jennie menyudahi penjelajahan pada masa lalunya.

Jennie pun duduk sejenak di sofa kamarnya demi meluruskan punggungnya yang terasa pegal, dia memijat-mijat pinggangnya sendiri. Akhir-akhir ini Jennie mudah lelah dan pegal-pegal, padahal tidak banyak aktivitas yang dilakukan. 

Biasanya Jennie akan meminta bantuan sang suami untuk memijatnya, bahkan setiap malam harus ada usapan tangan Jisoo di punggungnya baru ia akan bisa tertidur. Tidak tahu nanti, Jennie bisa memintanya melakukan lagi atau tidak, kesal di hatinya masih meradang. Rasa-rasanya Jennie tidak ingin selalu merengek ke suaminya, dia tidak ingin terlihat terlalu bucin sendirian.

"Daddy kamu memang sering membuat mommy kesal, Beibi. Tapi membuat mommy gila juga karena sangat mudah merindukannya." Adu Jennie sambil mengusap perutnya. 

"Gimana ya? Apa yang harus mommy lakukan agar daddy tidak sering jauh dengan kita dan bisa lebih mencintai mommy hm? Beibi, bantu mommy ya? Apa kamu mau membantuku, sayang?" 

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang