p r o l o g

1K 97 9
                                    

Di sebuah ruangan dengan teknologi mutakhir terbaring seorang putri tertidur lelap dengan alat-alat medis yang menempel guna menunjang hidupnya. Sebuah grafik hologram yang mengelilingi menunjukkan berbagai kondisi vital sang putri. Mulai dari detak jantung, gambaran otak, kondisi ginjal, dan organ-organ lainnya.

***

Dalam lelapnya, kilatan-kilatan kejadian tiga bulan yang lalu terus menjadi mimpi buruknya.

Seorang perempuan cantik tersenyum manis kepada sang pria yang duduk dibalik kemudi. Keduanya bertatap saling mendamba. Mereka menautkan jemari dan mengeratkan, dan tangan lainnya mengusap perut rata sang perempuan tempat janin mereka tumbuh baru dua minggu. Mereka tidak menyadari jika di belakang mobil mereka deretan mobil hitam saling mengejar.

Keduanya masih saling mengumbar senyum bahagia, hingga terdengar bunyi klakson yang memekakkan. Suasana menjadi tegang. Sang pria menambah kecepatan laju mobilnya.

Gila! Sang pria benar-benar berusaha menghindari kejaran dengan melajukan mobil lebih cepat dan pindah ke jalur berlawanan.
Ia mencoba menghindari mobil yang melaju dari arah depan, sang perempuan sedikit terguncang. Namun masih mengangguk dengan senyum manis mencoba memberi tahu prianya bahwa dirinya dan janinnya baik-baik saja.

Lalu mobil mereka melakukan manuver memutar akibat disenggol mobil lain dari arah samping. Tanpa memberi waktu untuk bersiap, mobil lainnya dengan cepat menabrak dari arah belakang. Sang perempuan dengan getar ketakutan mengawasi sang pria yang mencoba mengendalikan setirnya.

Mobil berputar tanpa arah.

“Argghhh!”

Mobil pasangan itu dengan keras menubruk tiang billboard tanpa ampun. Cipratan merah tak ayal menodai wajah sang perempuan.

“TIDAK!” Teriak sang perempuan histeris dalam setengah sadarnya.

Detak dada sang pria berhenti, hembusan napasnya terenggut. Tubuhnya diterjang oleh kerangka besi dari tiang yang menimpa mobil mereka.

***

Kilatan-kilatan mimpi buruk terus berlomba menghantuinya. Hingga saat peti mati itu masuk ke liang lahat. Kaki yang lemas terus ia coba pijakkan menuju tempat sang prianya.

Dengan tertatih ia terus berjalan sampai akhirnya terhenti, air matanya tergenang. Napasnya terasa sesak dan akhirnya air mata pun mengalir mengaburkan yang nyata dan yang tiada.

***

Sebuah vas bunga pecah berkeping-keping akibat ulah sang perempuan, sang ayah hanya terdiam melihatnya lalu pergi. Dia jengah dengan kelakuan putrinya yang terus terkurung oleh kenangan bajingan tengik yang sudah berani mencoba membawa lari putri kesayangannya itu.

Sang perempuan menatap punggung ayahnya yang dulu hangat dengan kilat berkaca-kaca dan penuh kebencian.

Dengan gerakan cepat, sang perempuan mengambil pecahan vas bunga dan mengarahkannya ke leher sendiri, tepat di atas nadi yang berdenyut.

Gerakan menyayat di lehernya terjadi begitu cepat.

Darah mengucur deras dengan cepat tanpa henti.

Dengan terbata-bata, dia menyampaikan kata-kata yang akan menghukum sang ayah tercinta.

D-dad…” Panggilnya dengan parau.

Sang ayah berbalik cepat dengan napas tercekat seketika.

“AH TIDAK! KIM JENNIE!” Pekiknya kacau.

Dengan sisa-sisa kesadarannya ia mendorong tubuh sang ayah yang mencoba menggapainya.

Pria paruh baya itu pun terdorong mundur beberapa langkah.

“Tolong! Tolong! Dokter tolong putriku! YAH SIAPAPUN CEPAT MASUK TOLONG PUTRIKU! PUTRIKU BERDARAH!” Sang ayah histeris.

Gaun putih sang putri menjelma merah berlumuran lelehan darah.

Da-dad-ddy…” panggilnya lagi.

“Nak berhenti berbicara. Bertahanlah, Daddy mohon!”

Sang putri menggeleng. Matanya semakin menguarkan pandangan kebencian yang menusuk.

“D-daddy sudah merenggut orang yang paling aku cinta! Ayah dari janin yang sedang aku kandung! A-akupun akan merenggut orag paling daddy cintai. Aku!”

Tepat di ujung kalimat, sang putri pun ambruk. Napasnya terlihat tersengal-sengal, pendek-pendek, tak mampu lagi menyuarakan mulut yang terus meracau.

Sang ayah turut ambruk, meluruhkan seluruh badannya di lantai dengan gumaman memanggil putri semata wayangnya.

“Jennie… dia belum benar-benar mati.”

Orang yang paling dia cintai memilih melukai batinnya dengan teramat kejam.

***

Cinta itu memang begitu kejam. Saking kejamnya dia akan membelenggu dan membutakan.

Karena rasa cinta yang amat besar itu, seorang ayah dengan penuh kasih sayangnya menjadikan putri kandungnya hidup namun mati, dan juga sebaliknya, mati namun hidup.

Sang putri hingga kini dengan wajah putih mulus cantiknya yang pucat mengenakan gaun putih dengan rambut tertata rapi tertidur di singgasan tertinggi Kim Group, di suatu area terlarang, sampai waktu yang tidak bisa ditentukan, entah sampai kapan.

***

Sekali lagi kilatan-kilatan mimpi buruk terus berlomba menghantuinya.

“Salah satu cara untuk keluar dari mimpi buruk adalah… dengan terbangun.”

***

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang