21|| berdampingan

565 113 25
                                    

"Aku membenci kamarmu ini?"

Tanya Jisoo ulang untuk mengkonfirmasi.

Kepala Jennie mengangguk kecil.

"A-ak-akku bisa jelaskan, Jisoo. Please... please jangan marah padaku. Tolong..." Cicit Jennie dalam ketakutan, tangannya pun menangkup di depan dada.

Jisoo memejam.

Apalagi yang sudah diperbuat kakak kandungnya dulu kepada Jennie sehingga membuat dia ketakutan seperti ini?

Jisok benci dengan dunia milik Jennie? Dunia yang indah seperti ini? Benarkah?

Tanpa sadar, tangan Jisoo terkepal. Tangan satunya masih mencekal tangan Jennie. Kemudian, dia menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya.

"Maaf. Maafkan aku..."

Tutur lembut yang tiba-tiba dari lelaki yang sedang memeluknya itu membuat kepala Jennie bergerak.

"Maaf, aku dulu mungkin benci dengan apa yang kamu sukai, Jennie. Maaf..."

Jennie mendongak dengan cepat, matanya melebar. Agaknya dia tidak percaya dengan perkataan sosok yang memeluknya kini. Pasalnya, persona yang dulu Jennie kenal, pantang meminta maaf duluan.

Sementara Jisoo mengeratkan dekapannya, memberi tepukan kecil di punggung Jennie berharap ketakutan istrinya mereda.

"A-aku bisa jelaskan. K-kamu tidak bersalah, By." Terbata, Jennie terus menyalahkan dirinya.

"Aku tahu kenapa kamu membenci kesukaanku, karena itu penyebab aku jadi tidak perhatian ke kamu lagi. Aku rela kehilangan semua itu, By. Karena aku tidak mau kehilanganmu. Semua ini tidak lebih penting daripada dirimu, Jisoo." Cicit Jennie.

Jisoo menggeleng, dia mengangkat wajah Jennie, menatapinya dengan penuh kelembutan dan kehangatan.

"Kim Jennie..." Panggilnya dengan suara dalamnya yang syahdu.

"Apa maksudmu? Jangan pernah berkata seperti itu lagi, Jendeuk. Cinta kita tidak akan saling merampas dunia asli kita. Aku ingin, dunia kita bisa saling berdampingan mulai sekarang ya." Jisoo tersenyum.

"Sungguh, aku minta maaf atas keberengsekanku yang dulu, Jennie. Tolong maafkan aku."

Jennie terpengarah. Ada rasa haru yang menjalar cepat sampai membuat matanya perih. Detik berikutnya, Jennie tidak lagi bisa membendung air matanya.

Baru kali ini Jennie merasakan cinta yang begitu tulus tanpa ambisi. Cinta yang datang pelan seperti debur ombak menyapu bibir pantai, bukan debur ombak yang menghantam keras batu karang.

Dan baru kali ini juga, Jennie dibuat tumbuh dalam cinta, alih-alih jatuh dalam cinta.

Sosok lelakinya sekarang, ia menggenggam tanpa menuntut, ia lebih memilih menunggu akan dibawa kemana olehnya.

Begitu manis.

"Jisoo sayang..."

"Hm?"

"Kamu sama sekali tidak berengsek."

Jennie tersenyum tulus dalam pelukan. Pelukan nyaman suaminya itu benar-benar dia nikmati. Dia menyenderkan kepalanya ke perut suaminya yang masih berdiri di depannya itu.

"Aku begitu bahagia, sungguh. Aku sangat bahagia karena suamiku adalah dirimu, Kim Jisoo." Ungkap Jennie dengan mata berbinar.

"Tapi..."

Alis Jisoo menaik, "hm, tapi?" Dia menunggu kelanjutan dari istrinya.

"Benarkah? Aku tidak perlu membuang barang-barang desainku ini? Aku tahu betapa kamu sangat membencinya, By."

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang