"KIM JENNIE!"
Teriak Jisoo sangat keras.
Ia segera berlari mendekati istrinya yang kini sedang dibantu berdiri oleh para karyawan toko.
Jisoo dengan cepat merengkuh tubuh sang istri. Kedua matanya menyorot tajam, segera ia memeriksa apakah ada darah yang mengalir di kaki Jennie.
Membuang napas kasar, Jisoo amat sangat bersyukur mendapati tidak ada apapun yang mengalir.
"Ma-maaf, maafkan saya Nyonya. Saya benar-benar tidak sengaja. Saya berjalan terburu-buru karena majikan saya sudah menunggu di depan. Tolong ampuni saya, Nyonya."
Jisoo tidak memperdulikan suara pria yang berkoar di belakangnya, pria yang telah menabrak istrinya. Ia lebih mementingkan kondisi sang istri. Jennie masih terus memegangi perutnya seraya sesekali merintih pelan.
"Jennie, kamu tidak apa-apa? Perutmu sakit?" Tanya Jisoo tak bisa menyembunyikan raut kecemasannya.
Jennie menggeleng pelan.
"Aku tidak apa-apa, By. Aku hanya terkejut." Jawab Jennie meyakinkan suaminya.
"Kita ke rumah sakit ya? Kamu terus memegangi perutmu. Kamu kesakitan, Jennie?"
Jennie tersenyum kecil, sembari membelai pipi Jisoo.
"Aku tidak apa-apa, sayang... Aku sungguh baik-baik saja."
"Sungguh? Kamu tidak ingin pergi ke rumah sakit?"
Jennie mengangguk pelan. "Iya, tidak perlu, By."
Jisoo menghela sedikit lega, istrinya tersenyum ke arahnya dan sudah dapat berdiri lebih tegak lagi. Jisoo membelai lembut rambut Jennie yang sedikit berantakan.
Dia menarik tubuh mungil istrinya, memeluknya sebentar.
Kemudian, membalikkan tubuh menatap para karyawan toko dan orang yang menabrak istrinya.
Jisoo tidak bisa menahan diri untuk tidak menyorot dingin dan tajam, seolah kobaran api sedang mengelilingi kedua matanya.
"Jisoo, aku benar-benar baik-baik saja. Tadi aku sempat menahan tubuhku sehingga benturan ke lantainya tidak terlalu keras. Aku sungguh tidak kenapa-kenapa. Eoh. Jisoo..." Ucap Jennie lagi sambil meraih tangan Jisoo, dia dapat merasakan kepalan kuat suaminya, kulit Jisoo terasa sedikit dingin.
"Sialan!!!" Umpat Jisoo menggema.
"Apa mata anda tidak berfungsi dengan baik? Apa anda buta hah? Berani sekali anda menabrak istriku?! Untung saja istri dan calon bayiku baik-baik saja." Jisoo menyeringai sinis.
"Apa anda bisa bertanggung jawab jika istriku sampai kenapa-kenapa?! Sungguh aku tidak akan membiarkanmu jika itu terjadi!!! Arrghh, berengsek!"
Jennie menegukkan ludahnya, baru kali ini Jennie melihat lelakinya mengumpat dan marah lagi setelah sekian lama. Amarahnya lebih menakutkan.
"Hubby, tenanglah, tidak perlu diperpanjang. Aku sungguh baik-baik saja. Apa kamu tidak kasihan bapak itu ketakutan karena tatapan dinginmu? Kumohon, maafkanlah dia." Ucap Jennie memohon. Dia menggenggam lagi tangan Jisoo, menenangkan suaminya.
Nampaknya berhasil, perlahan otot-otot di tubuh Jisoo sedikit merenggang.
Jennie pun tersenyum manis ke arah orang yang sudah menabraknya.
"Bapak, saya baik-baik saja. Silakan bapak bisa segera pergi menyusul majikannya. Pasti bapak sudah ditunggu."
"Nyonya, ampuni saya. Saya benar-benar tidak sengaja. Saya mohon maaf sebesar-besarnya. Lain kali saya akan lebih berhati-hati lagi. Saya berterima kasih atas pengampunanmu. Terimakasih banyak, Nyonya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...