27|| wanita lain

259 66 11
                                    

Pintu ruangnya terbuka bersamaan dengan Jisoo menutup panggilan dari seorang klien.

Wajah putih berseri menyembul dari pintu yang baru setengah terbuka.

"Permisi Tuan muda, apa kamu memesan sebuah paket? Ada paket datang atas namamu."

"Iya, benar. Dimana paketnya sekarang?" Balas Jisoo sembari menyambar jasnya, dia berniat untuk pulang sekalian karena sudah sangat terlambat untuk pulang. Padahal tadi pagi, dirinya sudah berjanji kepada istrinya hanya sebentar di kantor.

Mendesah, Jisoo sangat merasa bersalah kepada Jennie sekarang, pekerjaannya yang menumpuk benar-benar membelenggunya.

"Ada di meja depan. Perlu saya bawakan, Tuan muda?" Ucap perempuan itu lagi.

"Tidak perlu. Aku akan keluar mengambilnya sekalian pulang." Jawab Jisoo.

"Chaeyoung, pulanglah. Terimakasih sudah banyak membantuku hari ini."

Jisoo tergesa berjalan sampai ia tak sempat mengancing jasnya sendiri. 

Saking terburu-burunya, Jisoo menyerobot keluar saat Chaeyoung masih berdiri di ambang pintu.

"Jisoo!!!"

Pekik Chaeyoung, tangannya spontan menahan dada Jisoo. Tubuh atasannya itu hampir saja akan menubruknya.

"Astaga!"

Napas Jisoo tercekat. Kedua tangannya menahan ke tembok agar tubuhnya tak sepenuhnya jatuh...

Jatuh ke pelukan Chaeyoung yang kini berada di antaranya dan tembok.

Posisi yang sangat canggung.

"J-jisoo, apa yang kamu lakukan?" Ucap Chaeyoung dengan nada ketakutan.

"Y-yaa apa? Maaf. Sepertinya salah satu kancing jas ku nyangkut di sabuk rokmu, Chaeyoung."

Satu tangan Jisoo meraba-raba area perutnya. Dan disana, kancing jasnya memang tersangkut.

Chaeyoung membuang muka saat merasakan sebuah tangan yang tak sengaja menyentuh perutnya.

"Ta-tanganmu, Ji-jisoo."

"Ah maaf, maaf..."

Jisoo ikut membuang muka, pipinya terasa memanas. Dia tidak berpikir lebih ketika menggerakkan tangannya.

Jisoo sedikit bergerak gelisah. Tentu saja, posisinya dengan Chaeyoung sekarang sangat bisa membuat orang lain salah paham. Jisoo harus segera melepas kancing jas sialannya sebelum ada orang lain melihat dan menyebar fitnah yang tidak-tidak.

"Yak, yak Jisoo! Jangan bergerak. Atau rokku akan terlepas!" Teriak Chaeyoung panik.

Chaeyoung sedikit mendongak, ia bisa mendapati wajah atasannya yang begitu panik. Dalam hati kecilnya, jujur ada perayaan bahwa ia bisa menikmati wajah sempurna yang Tuhan ciptakan. Garis rahang yang tegas dan bibir tipis berbentuk hati itu sungguh sangat menggoda.

Siapa yang akan kuat iman menahan gairah atas kesempurnaan yang Jisoo miliki? Setiap inci wajahnya tidak ada yang tidak sempurna. Dan apa tadi? Dada bidangnya sangat kokoh ketika sempat Chaeyoung sentuh tadi.

Terbesit lagi rasa iri bahwa sosok sempurna di depannya itu adalah milik Jennie.

Chaeyoung tersenyum getir. Lalu tangannya perlahan bergerak.

"Jisoo, aku akan coba melepas kancingnya. Tapi bisakah kamu lebih mendekatkan tubuhmu ke arahku? Kalau terlalu jauh, akan keras saat melepas kancingmu itu.

"Eoh? Ah, i-iya."

Tanpa berpikir panjang, Jisoo mendekatkan tubuhnya lagi. Sekuat tenaga ia menahan napasnya sendiri.

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang