Tubuhnya gelisah malam ini. Matanya terpejam tetapi ia tak kunjung terlelap. Pikirannya memang terasa lebih sibuk daripada biasanya. Lebih banyak cemas, lebih banyak ketakutan.
Jennie akhirnya membuka mata dan menoleh, menatap sosok lain yang ikut berbaring di kasur yang sama.
Sosok lelaki di sampingnya tertidur pulas. Gerakan dadanya naik turun dengan tenang. Satu tangannya berada di atas perutnya, tetap masih bergerak-gerak mengusap kecil walaupun tubuhnya tidur terlelap.
Jennie perlahan beranjak dari ranjang perawatannya, berhati-hati agar tak membangunkan si suami itu. Ia berusaha mendorong tiang infusnya sediam yang ia mampu, bergerak ke area menonton televisi. Mungkin ia butuh menonton agar kantuknya datang.
Sebelumnya, Jennie mengambil air dan meneguknya sambil duduk di area small kitchen ruang rawatnya. Pandangannya melayang pada sosok sang suami yang masih tertidur dalam posisi semula. Terlihat masih cukup terlelap.
Gelas dikosongkan dan ditaruh, kemudian Jennie kembali berjalan menuju area menonton.
Perempuan berpipi mandu itu menumpuk dua bantal untuk sandaran sebelum duduk di sofa. Ia merapatkan kimono rumah sakitnya, merasa agak dingin tetapi masih bisa ditahan.
Televisi pun menyala dengan volume kecil. Beberapa kali Jennie berpindah-pindah channel sebelum menetapkan untuk menonton serial animasi, kartun paling warna-warni yang pernah ditontonnya.
Kartun tersebut berkisah tentang dua makhluk yaitu Bergens dan Trolls. Bergens adalah makhluk yang selalu sedih dan memberengut. Mereka meyakini bahwa mereka hanya bisa bahagia jika bisa memakan makhluk bernama Trolls setiap tahunnya dalam perayaan Trollstice. Sebaliknya, Trolls adalah makhluk kecil warna-warni yang hidupnya penuh kebahagiaan, menari, menyanyi, dan saling berpelukan pada jam-jam tertentu.
"Eoh berpelukan saja memiliki jadwal tertentu? Syukurlah aku bisa memeluk suamiku kapanpun hingga detik ini. Entah untuk kedepannya". Gumam Jennie mengomentari.
Bibir Jennie terus terangkat selama menonton, menikmati senandung musik yang dimainkan. Tangannya bergerak-gerak mengikuti nada lagu ketika terdengar ranjangnya berdecit.
Suaminya itu terbangun dan sudah berdiri di samping tempat tidur. Rambutnya berantakan dan matanya masih mengerjap-erjap.
"Jendeukie, apa yang sedang kamu tonton?" Tanyanya, suaranya parau berat. "Ini masih malam, ayo kita tidur lagi. Tubuhmu belum terlalu pulih, Jendeuk. Aku tidak mau kondisimu drop lagi."
Jennie memejamkan mata. Ucapan perhatiannya yang selalu asing tetapi sangat hangat, nada ramah perhatian yang jarang ia dengar dari sosok lelakinya dulu. Lelaki di hadapannya sekarang, serasa serupa tapi tak sama. Ia benar-benar menyimpan banyak kebohongan yang entah sampai kapan berani ia suarakan.
"Sini." Ajak Jennie, menepuk ruang kosong di sebelahnya.
Lelaki itu menurut, ia berjalan terhuyung menghampirinya. Wajah lelahnya ditambah kantung mata yang menghitam, membuktikan selama dua hari ini ia full menjaganya sepanjang siang dan malam.
"Jendeukie, ayolah kita tidur lagi saja." Ajaknya lagi. Tangannya menarik bahu istrinya agar bersender di dada bidangnya.
"Aku tidak mengantuk." Balas Jennie. Kepalanya dijatuhkan di dada sang suami. Sandaran itu sangat membuatnya nyaman, lebih nyaman dari dada sosok lelakinya dulu.
Jennie menikmati momen ini dalam keheningan. Ia hirup sedalam-dalamnya aroma pria yang sedang merengkuhnya dengan erat. Meski entah sampai kapan ia bisa melakukan hal itu kepadanya lagi, namun Jennie tetap bahagia. Ia patut merayakan kegembiraan yang sebenarnya palsu ini walau hanya dalam otaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...