Kurang lebih tiga puluh menit lamanya berlalu, sup buatan Jisoo mendidih, menguarkan harum yang menggelitik.
Dengan sengaja, Jisoo mengambil mangkuk berukuran besar yang sudah ia isi dengan nasi sebelumnya. Kemudian dia menuangkan sup di atasnya.
Jennie masih mengamati gerakan suaminya itu. Dia hanya mengangkat kedua alisnya ketika Jisoo lebih memilih menggunakan mangkuk besar dengan sebuah spatula untuk menyendok.
Jisoo lalu ikut membawa dirinya duduk di atas kitchen island di samping sang istri.
"Huh? Kamu akan makan di sini, By? Tidak, tidak. Ayo, kita makan di meja makan saja" Ujar Jennie.
"Tidak mau. Makan langsung seperti ini di dapur akan terasa lebih lezat, Jennie."
Jennie mengulum bibirnya, selama hidupnya, dia tidak pernah makan tidak di meja makan dengan berbagai variasi lauk pauk yang limpah ruah.
"Makan sup saja?"
Jisoo melirik istrinya. "Memanggil seseorang untuk menyiapkan lauk dan mengatur meja makan di jam sekarang? Tidak ada yang akan suka jika kamu melakukan itu, Jennie. Apa kamu mau dibicarakan buruk oleh mereka?"
Walaupun dengan bibir mengerucut, Jennie menangkup wajah suaminya yang kini terlihat lebih tirus itu. Padahal dulu, pipi mereka saling berlomba.
"Apa-apaan ini... Aku baru tahu kalau suamiku sangat sopan sekali. Bagaimana ini? Istrimu akan semakin mencintaimu..." Puji Jennie sambil memainkan wajah Jisoo.
Dia menekan-nekan kedua pipinya sampai membuat bibir hati Jisoo mengerucut.
"Itulah pesona suamimu, Kim Jennie."
Jawaban Jisoo membuatnya terkekeh dan semakin gemas kepadanya.
Melihat wajah Jennie secara lebih dekat, membuat Jisoo menyadari kecantikan istrinya yang memang paripurna.
"Ayo, kita harus cepat makan. Kamu harus segera istirahat, jangan sampai kemalaman."
Jisoo hendak menyuapi istrinya dengan spatula yang dia pegang, tapi kemudian Jennie memundurkan wajahnya.
"Hubby saja dulu yang memakannya." Katanya.
Jisoo menggeleng, dia mendekatkan lagi spatula itu ke mulut sang istri. Mau tidak mau Jennie membuka mulut, seketika dia membeku.
"Gimana?"
Mata Jennie berbinar, dia menggerakkan mulutnya perlahan, mencecap cita rasa yang asing baginya, tapi terasa sangat enak.
"Woah! Enak sekali!." Seru Jennie dengan mata berbinar.
Dia membuka mulutnya kembali, Jisoo dengan senang hati menyuapi Jennie hingga satu mangkuk besar itu habis, sesekali dia juga menyuapkan ke mulutnya sendiri.
Kepala pelayan, seorang pelayan, dan koki yang masih mengintip, dibuat terkesima lagi dengan tingkah majikan barunya itu. Selesai mereka makan, Jisoo langsung membawa semua peralatan yang kotor dan mencucinya bersih. Majikannya itu sudah tampan, ditambah lagi sangat baik hati. Nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?
"Biarkan saja, By." Jennie menarik tangan suaminya, berniat mencegah.
"Jennie. Mereka tidak akan senang jika besok pagi menemukan tumpukan piring kotor seperti ini. Aku yang akan mencuci, kamu duduk saja."
Jennie juga terpukau dengan perubahan tingkah suaminya itu. Dia rasa, setiap saat, lelaki yang sedang mencuci piring itu mencoba membuat momen yang baik bersamanya. Jennie belum tahu mengapa terasa seperti itu, mungkin lambat laun dia akan mengerti mengapa sosok lelakinya itu mengalami perubahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...