Perempuan berpipi seperti mandu membuka matanya yang berat, tangannya terjulur ke samping bersamaan dengan kepalanya yang ikut tertoleh. Keningnya berkerut, lelaki itu tidak ada di sampingnya.
Jennie menghela napas, dengan keadaan masih cukup mengantuk ia membangunkan tubuhnya. Kedua matanya tersorot pada jam dinding, menunjukkan pukul tiga pagi.
Jennie segera bangun dan berjalan keluar kamar, untuk menemui suaminya yang sudah dapat ia pastikan ada di ruang kerjanya.
***
Jennie membuka pintu kerja Jisoo pelan-pelan, tidak ingin mengejutkan suaminya. Bibirnya tersenyum kecil, melihat sosok lelaki yang sangat ia cintai itu sedang berkutik dengan benda persegi, bahkan tak menyadari kehadirannya.
"Bukankah aku menyuruhmu untuk tidur, By?"
Suara Jennie berhasil mengejutkan Jisoo. Kepala lelaki itu langsung terangkat. Jisoo membalas senyuman sang istri.
"Kenapa bangun eoh?"
"Kamu juga kenapa bangun? Bukannya menemani istrinya tidur." Balas Jennie tak mau kalah. Ia berjalan mendekati Jisoo setelah menutup kembali pintu ruang kerja suaminya.
"Masih ada beberapa pekerjaan yang belum aku selesaikan untuk rapat nanti pagi Jendeukie..."
"Tunda saja rapatnya, By" Kesal Jennie.
Jujur, bukannya Jennie tidak ingin mengerti pekerjaan padat Jisoo selama seminggu ini. Jennie sangat mengerti, hanya saja ia tidak ingin membiarkan Jisoo gila bekerja tanpa istirahat sedikitpun. Jennie sangat mengkhawatirkan kesehatan suaminya itu.
"Jangan marah-marah , Jendeuk. Maaf ya." Bujuk Jisoo. "Kemarilah."
Jisoo menarik lengan istrinya, mendekatkan tubuh Jennie ke arah dirinya.
"Sayang... ayo, tidur lagi." Ajak Jennie.
"Sebentar ya, kurang sedikit lagi. Tunggulah aku di kamar Jendeuk, setelah ini aku me---"
Tanpa rasa takut maupun iba, Jennie langsung menutup laptop Jisoo yang masih dalam kondisi menyala. Jennie sengaja melakukannya agar Jisoo merasa jera dan tidak bisa lagi melawannya.
"Yaa Kim Jennie... laporannya... belum sempat aku simpan..." Ucap Jisoo dengan kedua mata terbuka lebar. Ia memandangi laptopnya tanpa berkedip.
"Kan sudah kubilang! Tidur ya tidur, Kim Jisoo! Kenapa kamu suka sekali membantah istrimu ini huh! Apa sangat sulit menurut padaku demi kebaikanmu, By?!" Kesal Jennie, ia menyentakkan tangannya yang digenggam Jisoo. Raut wajahnya berubah marah.
Menghela napas panjang, Jisoo memilih mengalah saja. Ia tidak ingin membuat sang istri marah padanya. Ditambah lagi saat ini Jennie sedang hamil besar. Dia tidak ingin memperburuk perasaan Jennie.
Jisoo pun mengangguk sembari tersenyum
"Iya iya. Maafkan aku, Jendeuk." Ucap Jisoo. "Ayo, tidur lagi."
Jennie akhirnya bisa tersenyum lagi, ia puas mendengar jawaban suaminya.
Mereka berdua pun bersamaan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur mereka berdua yang tertunda.
***
Jisoo menarik selimut untuk mereka berdua. Ia memiringkan badannya untuk menghadap sang istri, begitu juga dengan Jennie yang berusaha memiringkan tubuhnya perlahan. Posisi mereka berhadap-hadapan saat ini dan cukup dekat. Jisoo menyelipkan tangannya dibawah kepala Jennie.
"Bolehkah aku memintamu untuk tidak bekerja nanti?" Pinta Jennie tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Istirahatlah di rumah sehari saja, By. Kamu sering kurang tidur dalam seminggu ini." Cemasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
أدب الهواةKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...