22|| ambisi

581 91 8
                                    

Kim Hyunbin mengerjapkan mata sejenak, kopi ketiga sudah tandas dia teguk. Tetapi matanya masih saja terasa pedih karena kantuk. Jam dinding terus berdentang mengingatkan dirinya untuk segera pulang.

"Wahai pimpinan, apa tidak sebaiknya anda segera pulang? Ini sudah 30 menit lagi setelah anda berkata '30 menit lagi' yang kelima kalinya."

Mendengarnya, Hyunbin menghentikan gerakan tangan dari laptop, wajahnya mendongak.

"Chaeyoung. Kali ini sungguh, aku membutuhkan waktu 10 menit lagi."

Kemudian fokusnya kembali menghadap layar laptop. 

Chaeyoung hanya bisa mendengus. Atasan sekaligus pamannya itu sangat lah gila kerja, dan itu berimbas kepadanya. Park Chaeyoung tidak akan bisa memulangkan dirinya selain atas izin dari pimpinannya itu. Sebagai karyawan yang loyalitasnya tinggi, Chaeyoung diharuskan menunggu dengan penuh kesabaran.

"Lalu apa fungsi menantumu jika Paman tetap lembur seperti ini?" 

Tanya Chaeyoung spontan membuat tangan Hyunbin terhenti lagi. Kali ini dilanjutkan dengan menghempaskan tubuh ke kursi kerjanya.

"Jisoo sudah bekerja dengan baik sesuai porsinya, Chaeyoung. Jadi apa maksudmu berkata seperti itu? Apa kamu ingin mengatakan jika menantuku tidak berguna, begitu?" Tangannya menyilang di depan dada.

Tersadar pernyataannya tadi terasa ambigu dan terkesan menyudutkan Jisoo, Chaeyoung buru-buru menundukkan kepala dan memohon maaf. 

"Ma-maaf, aku tidak bermaksud seperti itu, Paman..." Ucapnya.

"Tapi... setidaknya jam lemburmu bisa dibagi dengan CEO baru." Imbuh Chaeyoung. "Kim Jisoo cukup cepat mempelajari semuanya. Aku rasa Paman juga bisa segera sepenuhnya melimpahkan tanggung jawab kepada Jisoo."

Hyunbin melirik keponakan sekaligus sekretaris pribadinya itu sampai menyipit, skeptis dengan tingkahnya yang seharian ini terus membahas perihal pelimpahan tanggung jawab Kim Company. Berulang kali juga gadis muda itu menanyakan file-file yang akan melegalkan posisi Jisoo di Kim Company.

Agaknya, perilaku Chaeyoung tidak seperti biasa. Namun tidak ingin mengambil pusing dan menduga yang tidak-tidak pada keponakannya sendiri, Hyunbin hanya menanggapi sekadarnya.

"Kamu tak perlu mengkhawatirkan itu, Park Chaeyoung. Masalah itu bisa aku tangani sendiri tanpamu. Lagipula itu adalah ranahku sepenuhnya."

"Paman Kim!" Sentak Chaeyoung tiba-tiba, dia langsung bangkit dari duduknya.

"Tidak! Paman tidak boleh seperti itu. Aku adalah sekretaris Kim Company. Aku berhak mengetahui semua tentang perusahaan. Aku juga memiliki wewenang untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang harus disiapkan untuk pelimpahan itu." Ujarnya sambil bersungut-sungut membuat Hyunbin terkejut.

"Yaa Park Chaeyoung! Bersikaplah hormat padaku. Aku pimpinanmu di sini! Dan, kamu perlu tahu, segala sesuatu yang ada di Kim Company, mutlak keputusanku!" Tukas Hyunbin tegas. 

Pemilik perusahaan raksasa itu mendecak kesal melihat kelakun keponakannya yang sudah berani melampaui batas. 

Lalu Hyunbin menyentak kacamata bacanya. "Kamu ini sedang kenapa? Tidak seperti biasanya. Apa ada yang sedang menganggumu, hm?" Tanyanya menyelidik.

Gugup, pandangan Chaeyoung tiba-tiba terlihat gelisah. Dia menghindari kontak mata dengan pamannya.

"Ti-tidak, ti-tidak ada apa-apa. Tidak ada hal yang mengangguku, Paman."

"Chaeyoung, aku sudah mengenalmu sejak kamu kecil. Kamu ada dibawah didikanku setelah ibumu meninggal. Baru kali ini aku merasa kamu sangat berbeda, apa kamu berencana menerkamku diam-diam?"

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang