2|| keputusan

666 90 20
                                    

Sebenarnya, setelah berbincang dengan Yeji, ibunya, Jisoo pergi untuk menemui Kim Hyun Bin, pemilik sekaligus pimpinan Kim Company, salah satu perusahaan real estate terbesar di dunia.

Dan... sosok itu sedang memohon-mohon di depannya sekarang.

"Kumohon, demi putriku. Kumohon kamu bisa menerima tawaran ini, Kim Jisoo."

Jisoo mendesah. Sudah puluhan kali pria paruh baya itu mengatakannya. Jisoo masih belum bisa yakin apa yang harus dia lakukan.

"Kami memang kakak adik dengan wajah nyaris serupa, tapi kami tetap berbeda, Pimpinan Kim." Ungkap Jisoo, "Putrimu pasti langsung sadar tentang itu."

"Aku tak bisa membiarkan putriku mati begitu saja karena kehilangan sosok ayah untuk janinnya. Akan aku urus semuanya untuk masalah itu. Kamu tak perlu khawatir, Jisoo"

Alis Jisoo terangkat.

Mengapa semua orang menganggap Jihoon sudah meninggal? Padahal dia sedang terbaring koma, masih ada harapan dia akan terbangun, walaupun kecil. Matanya menyipit mendapati pria di depannya menyeka sudut matanya.

"Huh kenapa? Kenapa muka anda kelihatan sedih? Bukankah ini perbuatanmu juga sampai kakakku koma, Pimpinan Kim?" Jisoo tidak bisa tidak bohong, dia marah. Walaupun Jihoon sudah sangat keterlaluan, dia tidak bisa menghapus tali persaudaraan mereka.

"Tidak benar sepenuhnya, juga tidak salah sepenuhnya." Hyunbin menyilangkan kaki dalam duduknya.

"Aku hanya ingin mengambil Jennie kembali. Naas, kakak berengsekmu itu hilang kendali. Itu kesalahannya." Hyun Bin kemudian menegakkan tubuhnya lagi. Kini menatap tajam Jisoo. "Bukankah dia harus bertanggungjawab atas kejadian ini?" Matanya awas. "Tapi, dia tidak bisa. Seseorang harus menggantikannya mau tidak mau."

"Tuan Hyunbin terhormat!" Jisoo berdiri dengan rahang mengerat, agaknya pembicaraan ini akan membuatnya kalah.

"Aku bisa melaporkanmu atas tindakan ilegal, bahkan sangat membahayakan nyawa seseorang. Dokter panggilan huh? Bukankah dirimu dokter favorit para gangster, Kim Jisoo?" Ungkap Hyunbin kemudian membuat rahang Jisoo mengeras.

Jisoo kembali duduk. Tentu khawatir tentang itu. pekerjaan satu-satunya yang bisa dilakukan saat identitasnya memang tidak boleh ketahuan, waktu itu—Jisoo memutuskan bahwa Jihoon tidak memiliki saudara kandung, dan sebaliknya. Itu terpaksa dia lakukan, lagi-lagi demi membuat hidup Jihoon bahagia.

Jisoo menjadi terbungkam. Otaknya memikirkan banyak hal, mulutnya ingin mengatakan banyak hal juga, namun dia bingung harus mana dulu yang bisa dikatakan.

Setelah menimang, mungkin ini hal penting yang perlu Jisoo sampaikan.

"Aku tidak bisa jadi sosok yang dicintai putrimu."

Pertama kalinya sejak mereka berbincang, Hyunbin tersenyum.

"Buatlah dia jatuh cinta padamu, sebagai Kim Jisoo." Dia meraih tangan kekar Jisoo, memberi beberapa usapan. "Buatlah Jennie melupakan Jihoon yang berengsek itu, tolong. Aku... cuma bisa mempercayaimu. Putriku akan aman jika dia bersamamu, Kim Jisoo."

Jisoo membeku.

Bagaimana bisa seorang Hyunbin dengan mudah percaya kepada orang yang jarang ditemui? Jisoo menghitung, tidak lebih dari dua kali mereka pernah bertemu dan mengobrol, itupun hanya basa basi.

"Dan kamu tidak perlu khawatir tentang pekerjaan. Aku bisa memberimu posisi di perusahaan. Pekerjaan yang lebih layak daripada dokter panggilanmu itu."

"Aku mau lihat Jennie lebih dulu." Jisoo menyela cepat, "Setelah itu, baru bisa aku putuskan."

Heal Me | JensooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang