Sudah selama lima belas menit Hyunbin mondar-mandir di depan menantunya yang tertunduk lesu. Kini mereka sedang berada di ruangan Hyunbin, di ruang Direktur Kim's Hospital tepatnya.
"Bodoh! Kamu ceroboh sekali, Kim Jisoo!"
Sudah ribuan kali ucapan itu Hyunbin layangkan kepada Jisoo hari ini.
Setelah menerima telepon dari sang menantu tengah malan tadi, Hyunbin langsung meluncur ke rumah sakit.
Ribuan kata kenapa, kenapa, dan kenapa terus berputar di otaknya. Kenapa menantunya itu tidak berpikir panjang akibat dari tindakannya itu? Masa bodoh dengan rasa kemanusiaan yang membangkitkan jiwa menolong spontan Jisoo. Yang membuatnya sangat khawatir sekarang adalah, kondisi putrinya, Jennie.
Apa yang Jennie pikirkan melihat sosok lelakinya yang dia kenal dulu tidak memiliki bakat apapun, tiba-tiba membelah tubuh manusia dan menyelamatkan seorang bayi dihadapannya secara langsung?
Hyunbin dibuat kalang kabut. Penjelasan seperti apa yang akan menghibur putri kesayangannya itu, nanti?
"Bagaimana keadaan Jennie eoh? Kenapa malah kembali ke sini bukannya pulang menemani istrimu, Jisoo?"
Jisoo tidak mampu menjawab. Wajahnya semakin menunduk.
"Yaa Kim Jisoo!" Teriak Hyunbin keras membuat lelaki itu terkejut.
Dilihatnya sang mertua menyorot tajam ke arahnya.
"Identitas sebenarmu mau tidak mau perlahan-lahan akan terbongkar, Jisoo." Hyunbin menghempaskan dirinya ke sofa.
"Jennie pasti mulai merasakan keganjilannya selama ini benar. Aishh pusing sekali, bagaimana? Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
Hyunbin sama saja, merasa menyerah. Padahal sandiwara ini dia yang memulainya. Tetapi Jisoo tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mertuanya itu, semua masalah ini tidak akan bermula jika Jisoo menolaknya sejak awal. Dan baginya, permasalahan yang lebih pelik adalah, Jisoo sudah benar-benar mencintai istrinya, Kim Jennie dalam sandiwara ini.
"Aku tidak tahu, Dad." Jisoo membuka suara. "Di depanku Jennie tidak banyak bertanya. Dia hanya menghindari sentuhanku." Ungkapnya pedih. Nyeri hatinya masih terasa ketika Jennie menghindari kecupannya semalam.
Hyunbin menegakkan butuh, sedikit merasa masih ada harapan semua sandiwara ini tetap berjalan.
"Baiklah, artinya kamu tidak perlu menjelaskan apapun selama Jennie tidak bertanya apapun mengenai hal itu. Tutup mulutmu dengan aman Jisoo. Pastikan juga Jennie tetap meminum obat itu." Hyunbin kemudian mendekat dan menepuk pundak menantu kesayangannya. "Pulang Jisoo. Dan bersikaplah seperti biasanya."
"Kamu yakin, Dad? Sungguh?" Kepala Jisoo mendongak. "Daddy tega membiarkan Jennie gila dengan pikirannya sendiri dan bergantungan dengan obat itu?" Tambah Jisoo dengan sendu.
Hyunbin tertegun, itu juga kekhawatirannya. Namun Hyunbin lebih tidak siap jika Jennie mengetahui yang sebenarnya dan kembali lagi kepada laki-laki yang sangat amat Hyunbin benci.
Apapun yang bisa dilakukan, Kim Hyunbin harus mencegah mimpi buruk itu terjadi kembali.
"Daddy yakin Jennie belum menyadari tentang semua ini, tidak, jangan sampai Jennie menyadarinya. Jisoo berusahalah memberi penjelasan apapun tentang kejadian semalam. Kumohon, buatlah Jennie sepenuhnya percaya padamu. Kamu tidak ingin kehilangannya bukan? Apa kamu rela jika Jennie kembali kepada kakakmu?"
Hyunbin mencoba memprovokasi dengan memanfaatkan perasaan Jisoo. Ia sangat mengerti, lelaki di depannya itu sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada putri semata wayangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal Me | Jensoo
FanfictionKarena sebuah tragedi menimpa kakak kandungnya hingga membuatnya koma entah sampai kapan, Kim Jisoo, terjebak dalam suatu konspirasi jahat yang diciptakan oleh ibunya sendiri. Padahal sudah bertahun-tahun Kim Jisoo diasingkan dan tak dianggap. Hingg...